Mohon tunggu...
Widi Wahyuning Tyas
Widi Wahyuning Tyas Mohon Tunggu... Jurnalis - Menulis kadang sama menyenangkannya dengan nonton mukbang.

Hidup terasa ringan selama masih ada sayur bayam, tempe goreng, dan sedikit sambal terasi.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Godaan Produk Palsu di Toko Online

2 November 2018   12:57 Diperbarui: 2 November 2018   13:48 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

E-Commerce saat ini tak ubahnya seperti pasar yang menyediakan berbagai kebutuhan masyarakat namun dikemas secara digital dengan lebih mengedepankan aspek kemudahan dalam berbelanja sebagai keunggulannya. Kegiatan jual beli melalui perangkat elektronik ini tak hanya di lakukan di media sosial, namun juga mobile marketplace yang saat ini sudah menjamur di masyarakat. Sebut saja Shopee, Lazada, Tokopedia, Bukalapak, dan masih banyak lagi. Kalau saya kebetulan sedang meminjam  ponsel teman, salah satu aplikasi belanja online tersebut pasti terinstal didalamnya, bahkan mungkin bisa lebih dari satu aplikasi.

Hal ini menunjukkan bahwa transaksi online tak hanya menjadi tren baru, namun juga sebuah kebutuhan. Saya pribadi bisa dibilang sangat bergantung dengan toko online jika sedang membutuhkan sesuatu. Untuk membelinya secara langsung saya rasa terlalu makan waktu dan merepotkan. Belum lagi rasa malas yang menyerang jika harus pergi sendiri. 

Selain itu, berbelanja di mobile marketplace memberikan lebih banyak pilihan toko dari seluruh Indonesia dengan berbagai varian harga, sehingga kita bisa memilih produk dengan harga terendah. Menurut saya malah harga barang online jauh lebih murah dengan yang dibeli secara langsung di toko.

Namun,  bagai dua sisi mata koin, toko online juga memiliki kekurangan. Karena kita tidak melihat barang secara langsung, sering kali setelah sampai di tangan, barang yang dipesan akan berbeda dengan yang kita lihat di foto. Pada produk pakaian, misalnya, perbedaan bisa terlihat dari bentuk cutting, ukuran, hingga materialnya.

Selain itu, barang-barang palsu juga banyak dipasarkan oleh toko online. Embel-embel 'harga miring' biasanya menjadi  trik yang cukup sukses untuk menarik minat pembeli. Mengenai hal ini, kita tidak bisa serta merta menyalahkan toko online, pasalnya, mereka menjual barang tersebut juga karena permintaan pasar yang tinggi.

Kita bisa ambil contoh produk sepatu. Brand sepatu kenamaan seperti Nike, Converse, New Balance, Adidas, dan masih banyak lagi tentu dibandrol dengan harga tinggi jika dijual di counter resminya. Faktanya, banyak orang yang ingin tampil trendy dengan sepatu bermerk tersebut, namun tak memiliki cukup uang untuk membeli produk originalnya. Nah, produk palsu buatan bengkel sepatu lokal Indonesia yang dijual secara online itu lah yang pada akhirnya menjadi pilihannya.

Melansir CNNIndonesia, Lazada mengakui jika barang palsu selalu memiliki permintaan apabila masih ada penjual yang menjualnya. Hal ini dibenarkan oleh CEO Lazada, Alessandro Piscini yang mengatakan bahwa akan selalu ada potensi konsumen yang menginginkan barang palsu dibanding barang asli.

Ia juga menambahkan bahwa demand atau permintaan akan selalu ada karena ada yang menjual, lantaran Indonesia memiliki pasar customer tocustomer yang membuat orang bisa menjual barang secara bebas ke orang lain.

Menyoal masalah ini, Lazada selaku perantara antara penjual dan pembeli memberikan solusi untuk memangkas peredaran barang palsu melalui upaya edukasi. Menurut Piscini, Lazada berusaha untuk menekankan mindset bahwa membeli produk palsu merupakan salah satu tindakan pelanggaran hak paten. Selain itu, produk palsu ujung-ujungnya juga bisa  membahayakan pengguna, seperti produk kosmetik yang beresiko merusak kulit lantaran bahan berbahaya yang terkandung di dalamnya.

Tak hanya di Lazada, setiap saya membuka aplikasi Shopee pun produk-produk palsu tersebut pasti sudah nangkring di halaman beranda dengan kategori "produk yang paling banyak dicari". Ini menunjukkan bahwa banyak pengguna aplikasi yang mencari produk tersebut. Jika ditelusuri lebih lanjut, kamu akan menemukan ribuan produk palsu dengan foto yang apik namun dengan harga yang tak masuk akal. Contohnya saja produk kosmetik Korea seperti Nature Republic Aloevera yang beberapa waktu lalu sempat booming. Dari harga normal Rp120 ribu, ada saja seller yang menjualnya dengan harga Rp25 ribu. Kalau sudah begini, bisa dipastikan barang dijual adalah barang palsu.

Peredaran barang palsu dengan harga miring yang menggiurkan itu tak hanya bisa membahayakan konsumen, namun juga berpengaruh pada industri brand lokal. Banyak kok produk lokal seperti tas dan sepatu yang kualitasnya tak kalah ciamik dari produk branded. Sayangnya, produk brand lokal tersebut malah tergeser dengan produk-produk palsu yang meracuni pembeli dengan label branded tempelannya yang dijual dengan harga miring.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun