Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Nyetir Sendiri Vs Naik Transum Saat Commuting, Mana yang Lebih Anti Stres?

21 Agustus 2025   21:36 Diperbarui: 22 Agustus 2025   12:37 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Situasi KRL saat jam padat (foto: widikurniawan)

Gerimis masih membasahi jalanan Jakarta, setelah hampir sepanjang siang hingga sore diguyur hujan lebat. Dari balik kemudi, saya agak menyesal mengapa hari itu membawa mobil ke kantor. 

Perjalanan pulang sudah pasti macet parah dengan kondisi cuaca seperti itu. Masih untung tidak ada banjir di rute yang saya lalui. 

Mobil yang saya kemudikan merayap pelan di tengah kepadatan jalan. Sisi kiri mobil yang sempit nyatanya tetap tidak menghalangi para pengendara sepeda motor untuk berlomba melaju mendahului. 

Sementara di sisi kanan saya hanya tersisa jarak sekian centimeter dengan kendaraan lain. Situasi yang membuat rentan body mobil lecet jika terjadi sedikit saja senggolan. 

Lepas dari satu situasi kemacetan, pasti bakal membuat kendaraan di jalanan saling tancap gas. Hingga ketemu kemacetan berikutnya. 

Malam itu, ada satu momen ketika saya tancap gas dan harus mengerem mendadak karena ada sepeda motor yang memotong dari sisi kanan saya mengarah diagonal ke sisi kiri depan saya. 

Saya terpaksa ngerem karena motor itu juga tiba-tiba seperti kehilangan tenaga. Semula kencang, lalu mendadak berhenti, dan pengendaranya tampak melongok ke bagian bawah sepeda motornya. 

Tentu saja kendaraan di belakang saya juga ikutan ngerem mendadak. Masih untung tidak ada yang celaka. 

Jalanan Jakarta di sore menjelang malam (foto: widikurniawan)
Jalanan Jakarta di sore menjelang malam (foto: widikurniawan)

Menyetir mobil sendirian di tengah puncak kemacetan Jakarta memang rentan memicu stres. Kita nggak boleh meleng sedikit, harus terus menjaga fokus ke depan, belakang dan samping kanan-kiri kendaraan. 

Harus tetap tenang ketika mobil-mobil berukuran lebih besar terlihat arogan dan main potong di jalan. Juga mereka yang demen banget main klakson, strobo, hingga ngedim pakai lampu berulangkali, seolah jalanan milik "mbah-nya".

Terlebih ketika perjalanan pulang, saat tubuh sudah lelah seharian bekerja, tapi harus tetap menjaga fisik dan mental saat menyetir. Karena memang jalan raya di Jakarta bukanlah arena yang ramah bagi pengendara kendaraan bermotor. 

Hanya suara penyiar radio dan musik yang diputarnya, menjadi teman perjalanan sekaligus penangkal stress di jalanan. 

Bagi saya, radio yang lagunya asyik-asyik dan sekaligus diselingi dengan menyajikan kondisi riil lalu lintas di Jakarta dan sekitarnya, sangat membantu sekali menjaga kewarasan saat perjalanan. Terlebih jika penyiarnya juga rajin memberikan semangat bagi pendengarnya yang masih dalam perjalanan atau terjebak macet. 

Mungkin beda jika saya berperan jadi penumpang dan orang lain yang nyetir. Tidur dalam perjalanan menjadi opsi yang menarik, walau bisa saja dianggap tidak setia kawan menemani pengemudi yang harus tetap fokus nyetir. 

Situasi KRL saat jam padat (foto: widikurniawan)
Situasi KRL saat jam padat (foto: widikurniawan)

Namun, senyaman-nyamannya berada di dalam mobil saat commuting, saya tetap merasa lebih baik menggunakan transportasi umum seperti KRL Commuter Line dan MRT Jakarta. Ya, memang hanya itu pilihan saya yang tinggal di Kabupaten Bogor dan harus commuting tiap hari ke Jakarta untuk bekerja. 

Kalau nggak naik kendaraan pribadi ya naik KRL Commuter Line turun di Stasiun Manggarai lanjut feeder ke Stasiun Sudirman dan masih berlanjut dengan moda MRT Jakarta sampai kawasan Blok M.

Selain lebih murah dari sisi biaya jika naik transportasi umum, ada banyak hal yang bisa dilakukan ketika berada di dalam kereta. 

Berjibaku dengan padatnya KRL sampai jadi "pepes" tentu saja menjadi risiko yang harus dihadapi. Kadang emosi bisa terpantik, tetapi rasa empati justru kian tumbuh ketika melihat dan merasakan ribuan momen di stasiun hingga di dalam kereta. 

Banyak momen yang terekam oleh mata dan kamera saya, yang kemudian saya bagikan dalam bentuk foto atau video di Instagram dan Tiktok. Selain itu banyak pula kisah dan peristiwa yang saya bagikan melalui artikel di Kompasiana. 

Bahkan artikel ini, yang sedang Anda baca, saya tulis ketika duduk di bangku MRT Jakarta dan lanjut saat berdiri di dalam KRL Commuter Line. Hal yang mustahil saya lakukan jika sambil nyetir mobil. 

Saya memang terbiasa menuliskan draft artikel melalui Google Docs di perjalanan, dan selanjutnya ketika sudah sampai rumah, selesai mandi, makan dan sebagainya, saya tinggal edit sebentar lalu posting tulisan itu di Kompasiana. 

Itulah salah satu cara saya menjaga kewarasan dalam perjalanan menggunakan transportasi umum. Ada semangat menghasilkan karya dan sekaligus mengintip pula peluang cuan dari kisah perjalanan saya. 

Selalu ada kisah menarik di tengah situasi seperti ini (foto: widikurniawan)
Selalu ada kisah menarik di tengah situasi seperti ini (foto: widikurniawan)

Selain tulisan di Kompasiana, saya telah mencoba menyusun sebuah e-book berjudul "Commuter Life" berisi kisah-kisah nyata ketika menggunakan moda KRL Commuter Line. Lumayanlah buat ganti ongkos transport tiap hari commuting. 

Bertahun-tahun menggunakan Commuter Line membuat saya menyadari ada banyak warna di kehidupan. Ada rasa bersyukur ketika banyak momen yang saya alami itu terangkum dalam sebuah e-book, hasil saya merekam momen, mendengarkan, mengamati, dan mengalami sendiri berbagai peristiwa di tengah hiruk pikuk kepadatan Commuter Line.

Saya tentu bersyukur memiliki kemampuan untuk menulis dan membuat konten mengenai perjalanan commuting saya. Saya merasa lebih produktif dan justru membuat diri saya lebih rileks karena tidak melulu berpikir soal pekerjaan yang tentu lebih menyita waktu.

Pada akhirnya, banyak cara untuk berdamai dengan keadaan, termasuk dalam perjalanan commuting. Tergantung bagaimana kita menyikapinya. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun