Gerimis masih membasahi jalanan Jakarta, setelah hampir sepanjang siang hingga sore diguyur hujan lebat. Dari balik kemudi, saya agak menyesal mengapa hari itu membawa mobil ke kantor.Â
Perjalanan pulang sudah pasti macet parah dengan kondisi cuaca seperti itu. Masih untung tidak ada banjir di rute yang saya lalui.Â
Mobil yang saya kemudikan merayap pelan di tengah kepadatan jalan. Sisi kiri mobil yang sempit nyatanya tetap tidak menghalangi para pengendara sepeda motor untuk berlomba melaju mendahului.Â
Sementara di sisi kanan saya hanya tersisa jarak sekian centimeter dengan kendaraan lain. Situasi yang membuat rentan body mobil lecet jika terjadi sedikit saja senggolan.Â
Lepas dari satu situasi kemacetan, pasti bakal membuat kendaraan di jalanan saling tancap gas. Hingga ketemu kemacetan berikutnya.Â
Malam itu, ada satu momen ketika saya tancap gas dan harus mengerem mendadak karena ada sepeda motor yang memotong dari sisi kanan saya mengarah diagonal ke sisi kiri depan saya.Â
Saya terpaksa ngerem karena motor itu juga tiba-tiba seperti kehilangan tenaga. Semula kencang, lalu mendadak berhenti, dan pengendaranya tampak melongok ke bagian bawah sepeda motornya.Â
Tentu saja kendaraan di belakang saya juga ikutan ngerem mendadak. Masih untung tidak ada yang celaka.Â
Menyetir mobil sendirian di tengah puncak kemacetan Jakarta memang rentan memicu stres. Kita nggak boleh meleng sedikit, harus terus menjaga fokus ke depan, belakang dan samping kanan-kiri kendaraan.Â