Kawasan Blok M berbenah dan kian ramai memang bukan berita baru. Hampir tiap saat ada saja hal viral dari Blok M, entah itu kuliner hingga spot cozy yang menarik minat pengunjung.
Banyak yang bilang kalau Blok M sekarang nggak bisa diam, ada saja gebrakannya. Ya, tentu saja, bahkan yang sudah lama "diam" pun mulai menggeliat kembali.
Kini giliran eks Mal Blok M yang coba dibangkitkan kembali dari tidur panjangnya. Salah satu mal terunik pada masanya karena berada di lorong bawah tanah, tepat di bawah terminal bus Blok M.
Sekitar 2007-2009 silam, hampir tiap hari saya melangkah menelusuri lorong-lorong bawah terminal yang ramai. Kios-kios pakaian murah meriah 100 ribu dapat tiga, hingga kios reparasi jam sampai penjaja gorengan, selalu ramai peminat.
Masih lekat di ingatan, aroma dari kedai mie Aceh yang selalu ribut dengan suara-suara wajan beradu dengan sutil. Tak jauh dari situ ada pojokan yang berkonsep ala bar tapi dengan jajanan gorengan dan roti aneka macam serta minuman dari es teh hingga kopi sachetan.
Mal Blok M saat itu menjadi tempat pelarian murah meriah, ketika kalangan menengah ke bawah bisa mendapatkan secuil hiburan di tempat ini.Â
Bukan hanya mereka yang mengejar bus sambil lewat di keramaian mal, tak sedikit pula yang datang hanya untuk sekedar jalan-jalan cuci mata dan janjian dengan gebetan. Lorong bawah tanah itu memang menjadi tempat yang strategis dan mudah dijangkau dari berbagai penjuru arah.
Namun, secara perlahan terminal Blok M ditinggal penghuni tuanya seperti Kopaja, Metromini, Mayasari Bakti, hingga Bianglala Metropolitan. Pun demikian dengan Metromini 69 jurusan Blok M-Ciledug yang sempat menjadi teman setia saya mengantar pulang-pergi bekerja.Â
Beberapa tahun belakangan, lorong-lorong di bawah terminal pun serasa mati suri. Kios-kios mulai berguguran dan dinding-dinding pun kian kusam dimakan usia.