Meski dalam situasi berdesakan, suasana dalam kereta masih terbilang nyaman. Pendingin ruangan atau AC mampu menyejukkan secara merata, jelas lebih sejuk dibandingkan kereta lawas.
Ruangan dalam kereta terasa lebih luas dan tinggi, sehingga memberikan keleluasaan bagi penumpang yang berdiri. Kereta ini juga terbilang canggih dengan sistem digital yang digunakan pada papan informasi.Â
Jika sebelumnya penumpang hanya mengandalkan informasi petugas lewat pengeras suara, kini penumpang bisa memantau rute maupun informasi stasiun pemberhentian melalui layar digital di atas pintu bagian dalam. Jadi saya sebagai penumpang tak bakalan nyasar lagi, misal naik ke jurusan Nambo padahal niatnya mau ke Bogor.
Hal baru lainnya adalah keberadaan kursi prioritas. Jika biasanya kursi prioritas disediakan di ujung gerbong untuk penumpang hamil, penyandang disabilitas, lansia, serta penumpang yang membawa bayi atau anak-anak, kini di Commuter Line baru kursi prioritas tersedia di setiap ujung bangku yang berdekatan dengan tiap pintu.
Tentu hal ini merupakan peningkatan pelayanan yang signifikan khususnya bagi penumpang prioritas agar lebih mudah mencari posisi kursi prioritas, serta agar penumpang lainnya lebih peduli dengan penumpang prioritas karena jumlah titik bangkunya bertambah.Â
Kebangkitan Commuter Line
Kehadiran armada baru Commuter Line CLI-125 ini untuk meningkatkan layanan menjadi sebuah keniscayaan seiring bertambahnya volume penumpang. Terus terang, menjadi kebanggaan bagi saya menjadi salah satu penumpang di masa awal mulai dioperasikannya KRL Commuter Line baru yang memiliki fitur serba modern itu.
Ingatan saya pun melompat ke sekitar tahun 2006 silam, ketika saya mulai merantau di Jakarta. Saat itu KRL ekonomi non-AC menjadi moda murah meriah tetapi sangat jauh dikatakan nyaman.
Ketika jam sibuk, manusia-manusia tanpa rasa takut memenuhi atap KRL dan bergelantungan di pintu yang terbuka. Saya memang tak pernah menjadi atapers, tetapi masih ingat bagaimana rasanya separuh badan saya berada di luar sedangkan tangan saya mesti berpegangan erat di besi dekat pintu.
Saya juga menjadi saksi ketika seorang ibu di dekat saya dijambret kalungnya dan si penjambret melompat keluar kereta ketika KRL baru saja berangkat dari Stasiun UI.Â