Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Waspada Paparan "Khusus Dewasa" dalam Pemberitaan Kasus Brigadir J bagi Anak-anak

10 Agustus 2022   16:07 Diperbarui: 11 Agustus 2022   17:06 1268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: KOMPAS.com/NIRMALA MAULANA ACHMAD

Kasus pembunuhan terhadap Brigadir J mendapat perhatian khusus masyarakat di segala lapisan. Kasus polisi tembak polisi ini menjadi pembicaraan di mana-mana.

Ketika mampir di warung, saya mendapati orang-orang tengah membicarakan kasus tersebut. Saat berada di kereta, lagi-lagi soal Brigadir J yang tengah hangat diperbincangkan. Demikian pula ketika berada di tempat-tempat lain.

Pemberitaan kasus ini begitu masif di media sosial maupun di media mainstream. Spekulasi tentang tersangka hingga motif pun ramai dibahas dalam kurun waktu sebulan belakangan.

Hingga setelah pengumuman FS sebagai tersangka, ada komentar menarik dari Menkopolhukam Mahfud MD tentang sensitivitas kasus ini.

"Soal motif, biar nanti dikonstruksi hukumnya karena itu sensitif, mungkin hanya boleh didengar oleh orang-orang dewasa," ujar Mahfud.

Jika merujuk kata "dewasa", artinya hanya orang yang berusia 19 tahun ke atas yang masuk kategori ini. Banyak hal yang bisa dikategorikan "dewasa", dan jika anda merasa sudah dewasa tentu bisa memahami ke arah mana saja hal tersebut.

Namun, pemberitaan yang terlalu masif ini (dan bernuansa "dewasa") sangat mudah ditonton dan diikuti oleh anak-anak. Bagi anak-anak dan remaja yang sudah dibekali gadget berupa smartphone, mereka bisa mengaksesnya melalui media sosial yang sayangnya kerap menyajikan informasi yang melenceng dan tak jarang terlalu banyak bumbunya.

Sementara tayangan di televisi pun sedemikian bertubi-tubi seperti halnya ketika pada saat konferensi pers oleh Kapolri, Selasa, 9/8/2022 kemarin petang yang disiarkan secara langsung. Tak hanya materi pengumuman tersangka, setelah itu durasi pemberitaan masih berlanjut dengan pendapat para pakar, ahli dan orang-orang terdekat.

Karena jam tayangnya sangat berpotensi diikuti oleh anak-anak, maka perlu menjadi perhatian khusus bagi orangtua. Pendampingan orangtua saat menonton tayangan berita kasus tersebut sangat perlu dilakukan.

"Kenapa sih polisi kok bisa membunuh polisi? Penjahatnya yang mana?"

Pertanyaan tersebut bisa jadi meluncur dari mulut anak-anak kita yang masih polos. Sebagai orangtua tentu harus memiliki jawaban yang tepat karena setiap jawaban akan selalu direkam dalam memorinya dan mempengaruhi sudut pandangnya hingga dewasa.

Padahal konsep yang tertanam dalam pikiran anak-anak adalah bahwa polisi adalah "the good guy" yang tugasnya menjaga dan mengayomi masyarakat. Perlu penjelasan dan pemahaman lebih lanjut bagi anak-anak jika pada akhirnya berita yang santer terdengar adalah "the good guy" menjadi "the bad guy".

Bagaimanapun pemberitaan tentang kasus ini terbilang tidak ramah anak. Hilangnya nyawa seseorang akibat pembunuhan, bisa jadi akan direkontruksi dalam otak anak-anak. Ia akan membayangkan bagaimana seseorang bisa dibunuh atau ditembak. Gambarannya bisa sangat keji dan jika orangtua tidak memberikan pemahaman tentu bisa berdampak buruk bagi kesehatan mental anak-anak.

Paparan berita tentang kriminal, entah pembunuhan, pencabulan, kekerasan dan sebagainya termasuk dalam konten dewasa yang patut menjadi perhatian besar para orangtua. Tanpa arahan dan bimbingan orangtua atau orang dewasa terdekat, ada kemungkinan anak-anak salah memahaminya.

Orangtua juga patut waspada jika kemudian anak kita terlihat sangat terpana dengan tayangan berita yang tengah ditontonnya. Lebih lanjut lagi, ketika waktunya tidur, ia justru terlihat bengong dan tidak bisa memejamkan mata seusai melihat pemberitaan yang masuk kategori "dewasa".

Potensi dampak buruk yang muncul antara lain ketakutan dan rasa cemas berlebihan. Anak-anak yang terpapar akan merasa tidak aman dengan orang lain dan cenderung menjadi penakut.

Komunikasi yang baik dengan pemilihan kata yang mudah dipahami, serta sikap positif saat menjelaskan pada anak menjadi kunci agar dampak buruk berita-berita kriminal tidak membekas dalam diri anak-anak.

"Bagaimanapun kejahatan tidak akan menang, kejahatan pasti kalah dengan kebaikan."

Kata-kata tersebut mungkin terdengar klise. Tetapi bolehlah digunakan menjadi salah satu kalimat yang perlu disampaikan kepada anak-anak dalam rangka membentengi mentalnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun