Masih terlalu dini untuk melihat sejauh mana langkah MU musim ini, baik di Liga Primer Inggris, Liga Champions, hingga di ajang Piala kaleng-kalengan.
MU masih punya pekerjaan besar untuk meruntuhkan label "tim lawak" yang kerap disematkan oleh para hatersnya. Hal ini biasanya muncul setelah hasil angin-anginan yang didapat. Seri saja dihujat, apalagi kalah.
Musuh terbesar MU adalah ketidakkonsistenan anak-anak asuhan Ole Gunnar Solksjaer. Peringkat kedua Liga Primer Inggris musim lalu dianggap tidak mencerminkan kekuatan MU, karena mereka dinilai tidak memberikan tekanan dan persaingan juara yang nyata pada Manchester City.
Problem terbesar MU, ketidakkonsistenan adalah buah dari mentalitas yang perlu suntikan. Nah, di sinilah peran Ronaldo sebagai penambah mentalitas. Ronaldo bak suntikan booster yang melengkapi vaksin dosis pertama dan kedua. Tinggal bagaimana mereka membuktikan diri di lapangan.
Ronaldo adalah pemimpin. Sedangkan generasi MU saat ini dipimpin oleh sosok kapten Harry Maguaire yang justru kerap melakukan blunder yang membahayakan.
Ingat pekan lalu lawan Southampton, ketidakcakapan Maguaire menjaga bola hampir saja membawa petaka kekalahan andai kiper De Gea tidak sigap memblok tembakan lawan.
Kemudian sosok pendatang baru macam Bruno Fernandes yang notabene kompatriot Ronaldo, selama ini juga kerap didapuk jadi pemimpin di lapangan. Tapi faktanya Om Bruno terlalu sering meledak-ledak emosinya, juga sering melodrama di kotak penalti lawan.
Tak heran cap "ngelawak" begitu melekat di kubu MU.
Nah, Ronaldo diharapkan datang untuk menjadi pemimpin yang sesungguhnya. Bukan untuk jualan kaos semata.
Apakah bisa? Hmm... sudah pasti tidak mudah.
Sebelum ini, Ronaldo dengan segala atributnya gagal membawa Juventus memenuhi target utamanya, yakni juara Liga Champions. Pun di musim terakhirnya bersama Nyonya Tua, gelar Serie A justru hinggap di tangan rivalnya, Inter Milan.