Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ketupat dan Sungkeman, Tradisi Pengakuan Kesalahan

14 Juni 2018   13:11 Diperbarui: 14 Juni 2018   13:20 989
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengisi ketupat yang menjadi tradisi di keluarga kami (foto: widikurniawan)

Mungkin saat ini di keluarga kami acara sungkeman hanya berlangsung beberapa menit saja, karena memang jumlah anak hanya dua, plus menantu dan tiga orang cucu. Namun, dulu saat eyang saya masih hidup, keluarga besar yang terdiri dari delapan anak plus menantu dan cucu-cucu yang jumlahnya sangat banyak, membuat antrean sungkeman menjadi momen yang indah dan menarik. Ramai namun tetap terasa sakral.

Inilah wujud konkret dari sebuah permintaan maaf kepada orang tua. Saat yang muda menurunkan tubuhnya, menunduk dan mengakui semua kesalahan. Wajar jika saat sungkeman, tiba-tiba seolah ada mendung yang lewat, kemudian "gerimis" pun datang, di hati tentunya.

Nah, usai sungkeman, sudah pasti apa lagi yang dinanti jika bukan hidangan ketupat, opor ayam, sambal goreng ati dan kerupuk udang tentunya. Momen indah yang memang pantas dinanti dan disyukuri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun