Mohon tunggu...
I Putu Widi Arika Setiawan
I Putu Widi Arika Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa Hukum

I'm a student of law at Warmadewa University

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ogoh-Ogoh, Tradisi Budaya yang Menggerakkan Ekonomi Bali

3 April 2025   14:22 Diperbarui: 3 April 2025   15:18 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Salah satu Ogoh-Ogoh yang diparadekan dalam perayaan malam pengerupukan di Bali. Foto oleh STT Vatana."

Tradisi yang Menggerakkan Roda Ekonomi Bali

Pernahkah Anda membayangkan bahwa di balik kemegahan Ogoh-Ogoh, ada banyak tangan yang bekerja keras? Dari pematung, tukang cat, hingga pedagang kecil, semua mendapat bagian dari tradisi ini. Ogoh-Ogoh bukan sekadar patung raksasa yang melambangkan Bhuta Kala, tetapi juga simbol budaya yang hidup dan terus berkembang seiring dengan perubahan zaman. Setiap tahunnya, berbagai banjar dan kelompok pemuda berlomba menciptakan Ogoh-Ogoh dengan kreativitas tinggi. Namun, di balik perayaan dan estetika visualnya, Ogoh-Ogoh juga memiliki dimensi ekonomi yang signifikan. Pembuatan Ogoh-Ogoh tidak hanya melibatkan seniman dan perajin, tetapi juga mendorong pergerakan ekonomi di tingkat komunitas. Berbagai sektor ekonomi, dari industri bahan baku hingga pedagang kecil, mendapatkan manfaat dari tradisi ini. Dengan demikian, Ogoh-Ogoh tidak hanya menjadi sarana ritual dan hiburan, tetapi juga memiliki dampak langsung terhadap mata pencaharian masyarakat Bali.

Dari Ritual ke Industri Kreatif

Awalnya, Ogoh-Ogoh berfungsi sebagai bagian dari ritual penyucian sebelum Hari Raya Nyepi. Seiring waktu, perannya berkembang dari sekadar sarana ritual menjadi bagian dari industri kreatif. Kompetisi antar-banjar dalam menciptakan Ogoh-Ogoh terbaik memicu inovasi dalam seni rupa dan teknik konstruksi robotik. Penggunaan teknologi modern, seperti mekanisme pergerakan otomatis dan pencahayaan LED, mencerminkan bagaimana budaya lokal beradaptasi dengan perkembangan zaman. Pergeseran ini tidak hanya memperkaya aspek seni dan budaya, tetapi juga meningkatkan nilai ekonomi dari tradisi ini. Banyak seniman dan komunitas lokal kini menggantungkan hidupnya pada industri pembuatan Ogoh-Ogoh.

Rantai Ekonomi di Balik Ogoh-Ogoh

Ekonomi dalam pembuatan Ogoh-Ogoh tidak berdiri sendiri, melainkan membentuk rantai yang melibatkan banyak pihak. Beberapa elemen utama dalam rantai ekonomi ini:

  • Industri Bahan Baku, permintaan akan besi, bambu, kertas, styrofoam, cat, dan material lainnya yang menjadi bahan dasar meningkat menjelang perayaan Nyepi, memberikan keuntungan bagi pedagang lokal. Para pemasok bahan ini menjadi bagian dari siklus ekonomi yang berulang setiap tahun.
  • Seniman dan Pengrajin, pembuatan Ogoh-Ogoh melibatkan berbagai keterampilan, mulai dari konseptor dan teknis. Para seniman ini mendapatkan penghasilan musiman yang cukup besar, terutama jika hasil karya mereka berhasil menarik perhatian masyarakat atau memenangkan kompetisi.
  • Sponsorship dan Pendanaan STT, beberapa banjar mendapatkan dana dari sponsor atau pihak swasta, sementara yang lain menggalang dana dari anggota STT. Hal ini menciptakan kesenjangan dalam tingkat produksi Ogoh-Ogoh, di mana banjar yang memiliki lebih banyak modal dapat menghasilkan karya yang lebih spektakuler.
  • Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, festival Ogoh-Ogoh menarik banyak wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Hal ini meningkatkan pendapatan sektor perhotelan, transportasi, dan kuliner. Bahkan, beberapa komunitas kreatif kebanjiran orderan menjual miniatur Ogoh-Ogoh sebagai suvenir.
  • Pekerja Lepas dan UMKM, banyak pekerja harian yang terlibat dalam produksi Ogoh-Ogoh, mulai dari pengrajin rangka konstruksi hingga pemasok aksesoris perhiasan dan kostum penunjang festival. Selain itu, UMKM lokal seperti pedagang makanan dan suvenir juga menikmati dampak ekonomi yang signifikan dari festival ini.

Hubungan antara berbagai sektor ini menciptakan ekosistem perputaran rantai ekonomi yang saling berkaitan satu sama lain. Jika salah satu sektor mengalami kendala misalnya kenaikan harga bahan baku, maka dampaknya dapat dirasakan oleh seluruh rantai ekonomi.

Menjaga Api Tradisi di Tengah Perubahan

Ogoh-Ogoh adalah bukti nyata bagaimana budaya dan pergerakkan ekonomi dapat berjalan beriringan. Namun, perubahan dalam struktur ekonomi Ogoh-Ogoh menimbulkan tantangan tersendiri, terutama dalam menjaga nilai-nilai tradisi agar tidak larut dalam komersialisasi. Dengan keterlibatan sektor STT kepemudaan, pemerintah, dan sektor swasta, Ogoh-Ogoh dapat terus berkembang tanpa kehilangan esensinya sebagai simbol budaya yang kaya akan makna. Menjaga nilai filosofi Ogoh-Ogoh sambil tetap mendukung pertumbuhan ekonomi lokal adalah kunci utama agar tradisi ini tetap lestari di masa depan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun