Mohon tunggu...
Widha Karina
Widha Karina Mohon Tunggu... Penulis - Content Worker

seni | sejarah | sosial politik | budaya | lingkungan | buku dan sastra | traveling | bobok siang. mencatat, menertawakan keseharian, dan menjadi satir di widhakarina.blogspot.com dan instagram.com/widhakarina

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Berjibaku di Tumpukan Buku Big Bad Wolf 2016, Berani?

6 Mei 2016   22:01 Diperbarui: 21 April 2017   11:00 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tumplek blek. Ini termasuk kosong lho.. Sumber: dokumentasi pribadi

Saya bukan termasuk orang yang mengejar pameran penjualan hanya karena penasaran atau ikut sesuatu yang lagi heits. Tetapi pameran buku yang satu ini bolehlah ditaruh menjadi salah satu agenda yang menarik, terlebih teman-teman saya terlebih dahulu mengusulkan supaya kami datang ke sana bersama-sama. Pameran buku ini bertajuk ‘Big Bad Wolf 2016’. Sebenarnya agak heran juga kenapa namanya begitu (hmm.. serigala besar yang nakal?) Pameran buku ini diselenggarakan di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City mulai dari tanggal 30 April hingga 8 Mei 2016.

Usut punya usut,acara ini digagas oleh Book Excess. Diwakili oleh Andrew Yap selaku Managing Director dari Book Excess, pihaknya mengaku tidak mencari profit dari kegiatan ini. Keinginan awalnya adalah untuk meningkatkan minat serta kesadaran baca di Malaysia. Sukses mengadakan pameran buku tersebut di Malaysia, timbul keinginan untuk meluaskan niat ini ke beberapa Negara di Asia Tenggara, salah satunya adalah Indonesia. Kesulitan warga untuk mengakses buku berkualitas yang harganya terjangkau merupakan keprihatinan utama mereka.

Di Indonesia, kegiatan ini diselenggarakan oleh Radyatama. General Manager Radyatama, Irvan Mahidin mengatakan bahwa target transaksi yang ingin dicapai setidaknya berjumlah Rp 10 miliar. Uwow. Banyak juga ya. Tapi, memangnya orang Indonesia segitunyanyari buku? Segitunya suka buku dan mau membelanjakan banyak uang untuk buku? Ah kok ya ragu. Tapi.. jeng jengg! Jangan salah. Ternyata orang Indonesia beringas juga berburu buku. Saya jadi bangga. Lha ini baru di kota besar, bagaimana ya rasa haus saudari-saudara di berbagai penjuru Indonesia akan kebutuhan buku?

Selama beberapa hari setelah tanggal 30 April, media sosial pun dihujani dengan update-an beberapa teman yang sedang bergerilya mencari buku di sebuah hall besar, di Big Bad Wolf 2016. Wuih.. Kayaknya beneran bagus ini pameran. Kok rasa-rasanya pantas untuk disambangi. Setelah cari tahu mengenai transportasi menuju ICE BSD, saya dan beberapa teman pun merencanakan untuk datang ke Big Bad Wolf 2016. Lumayan kan ya… Akhir pekan yang agak panjang ini perlu diisi dengan kegiatan yang berkualitas dan bikin imej sebagai pemudi-pemuda yang (sok) intelek ini terjaga. Huahaha…. Jangan-jangan gaya-gayaan doing datang ke pameran buku. Eh tapi nggak lah…. Kami betulan jatuh cinta dengan buku sedari kecil. :p

Karena lokasinya yang cukup jauh dari tempat tinggal, kami pun berencana untuk sekalian menginap di hotel di dekat ICE BSD City. Tapi sayangnya, hotel-hotel di sekitar situ full booked. Dengar-dengar sih kebanyakan dipesan untuk pengunjung Big Bad Wolf 2016. Astaga! Ini segitu niatnya orang-orang pada mau cari buku sampai pada nginep segala? (Ngomong sambil ngaca). Tetapi begini sebenarnya duduk perkaranya. Acara Big Bad Wolf 2016 ini, saudara-saudara, pada hari libur buka 24 jam. Iya, 24 jam! Itulah sebabnya mengapa pengunjung yang berniat untuk mengobrak-abrik di malam hingga dini hari membutuhkan akomodasi di sekitar lokasi penyelenggaraan.

Setelah teman saya berhasil mendapatkan kamar di sebuah hotel budget (fiuh, syukurlah masih ada meski naik angkutan dulu dari lokasi penyelenggaraan), kami pun naik kereta menuju Stasiun Rawa Buntu, kemudian menyambung perjalanan menumpang taksi. Mengapa taksi? Karena nggak ada angkot. (Dadah-dadah ke ongkos murah). Setelah mengisi perut di AEON mal yang baru pernah satu kali itu saya datangi, kami pun menyiapkan amunisi: minum air mineral, kopi (untuk beberapa teman yang butuh pengganjal mata) dan tangan serta kaki yang tabah. Dari AEON dibutuhkan jalan kaki sekitar 15 menit menuju ICE BSD City. Dekat kok. Ah cemen, ini masih belum apa-apa.

img-9309-jpg-572cae5d717a61d01d54b752.jpg
img-9309-jpg-572cae5d717a61d01d54b752.jpg
Ini pada nggak ke luar kota aja? Mengapa antrean jajannya masih rame di AEON? Sumber: dokumentasi pribadi

Dengar-dengar, pada enam hari awal penyelenggaraan Big Bad Wolf 2016 di Indonesia, pengunjung harus mengantre untuk dapat giliran masuk. Eits, tapi tak hanya di situ cobaannya. Begitu masuk, jangan harap hidup akan damai. Selain urusan tarik menarik buku antara sesama kutu buku, pengunjung masih harus diospek dengan mengelilingi dua hall besar untuk mencari buku yang diinginkan. Belum lagi antrean bayar yang bisa mencapai lebih dari 20 meter meski kasirnya sudah dibagi menjadi 30 meja. Marilah kita panjatkan doa.

Saya dan teman-teman tiba di Big Bad Wolf sekitar pukul sepuluh malam. Tidak ada biaya yang dikenakan bagi pengunjung. Gratis. Juga tidak ada antrean yang menyeramkan seperti yang ramai diberitakan di media sosial. Mungkin karena ini sudah hari ketujuh, maka animo masyarakat sudah lebih terpecah di hari-hari sebelumnya. Meski demikian, bukan berarti pencarian kami di dalam menjadi satu peristiwa yang mudah. Tidak. Ini adalah perkara mencari jarum di tumpukan jerami. Sulitnya bukan main! Hall-nya besar sekali, dibagi menjadi beberapa section tema. Belum lagi pengunjung nakal yang tega menaruh buku yang tak jadi diambilnya di section yang tidak seharusnya.

img-9314-jpg-572cae9e6323bd850b55e5f2.jpg
img-9314-jpg-572cae9e6323bd850b55e5f2.jpg
Selamat malam. Yuk pasang helm dan sabuk pengamannya biar nggak luka-luka. Sumber: dokumentasi pribadi
img-9316-jpg-572caf1b0e9773d30b75e751.jpg
img-9316-jpg-572caf1b0e9773d30b75e751.jpg
Jam 12 malam mulai sepi. Tapi ini 'kan dekat ibu kota. Hidup keras, Bung! Butuh drone kayaknya untuk mencari buku incaran. Sumber: dokumentasi pribadiSaya tidak tahu berapa total judul yang dijual di situ, tapi cukuplah untuk membuat saya mual karena demikian banyaknya pilihan yang aneh-aneh. Tapi bukunya bagus-bagus! Kebanyakan buku impor. Satu-satunya penerbit buku berbahasa Indonesia yang join (atau dibiarkan join) dalam pameran ini adalah Mizan. Sisanya buku berbahasa Inggris yang sebagian besar berasal dari Amerika Serikat dan United Kingdom. Rupanya kedatangan kami pada hari ketujuh terbilang agak terlambat karena salah seorang pegawai di sana mengatakan bahwa semua stok di gudang sudah dikeluarkan semua. Artinya, apabila buku yang kita cari habis, kita tidak bisa mengharapkan momen restock untuk mendapatkannya. Dan buku-buku dari pengarang yang saya cari sudah habis semua. Haduh!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun