Mohon tunggu...
Widha Karina
Widha Karina Mohon Tunggu... Penulis - Content Worker

seni | sejarah | sosial politik | budaya | lingkungan | buku dan sastra | traveling | bobok siang. mencatat, menertawakan keseharian, dan menjadi satir di widhakarina.blogspot.com dan instagram.com/widhakarina

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Cara Menuju Tidore dan Susahnya Mencari Ulasan Penginapan Seroja

27 Desember 2018   01:33 Diperbarui: 27 Desember 2018   17:03 1515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Benteng Tahula, benteng terdekat dari Penginapan Seroja. Foto dokumentasi Widha Karina

Jalan utama di depan Penginapan Seroja. Foto dokumentasi Widha Karina
Jalan utama di depan Penginapan Seroja. Foto dokumentasi Widha Karina
Menyeberang jalan yang hanya cukup untuk dua mobil, tibalah kami di Penginapan Seroja. Dari luar penginapan ini tampak seperti rumah penduduk yang lain. Beratap rendah dan dindingnya dicat warna-warni. Halaman depannya dipenuhi pot bunga. Manis sekali.

Tampak depan Penginapan Seroja. Foto dokumentasi Widha Karina
Tampak depan Penginapan Seroja. Foto dokumentasi Widha Karina
Kami masuk mencari Kak Ros, tetapi yang ada hanya seorang Ibu yang sudah cukup tua. Ia memanggil-manggil nama Ros, tetapi karena tak ada jawaban, akhirnya ia sendiri yang melayani kami. Mengecek nama booking dan memberikan kami kunci kamar. Ia mempersilakan kami beristirahat, sembari memberi pesan supaya kalau ada apa-apa, boleh nanti temui Ros langsung. "Mungkin (sedang) belanja," ujarnya.

Saya dan Ivana masuk ke kamar dan mulai membongkar isi tas sembari mengecek kamar mandi. Kamarnya rapi, bersih, dan sederhana. Setelah mengisi perut dengan roti yang diberikan maskapai (kami ngunyah dalam kamar karena di luar sana kan orang sedang puasa), kami keluar dan mulai berkeliling ke seluruh penginapan. Oh betapa sepinya, ternyata kami adalah satu-satunya tamu saat itu.

Penginapan ini sesungguhnya adalah tempat tinggal yang kemudian disulap untuk bisa menampung puluhan orang. Selain kamar-kamar pada bangunan utama, mereka juga membangun sekian kamar di halaman belakang. FYI, "halaman belakang" mereka beneran laut. Sampai bingung ini gapapa nih rumah langsung samping-sampingan sama laut?

Foto dokumentasi Widha Karina
Foto dokumentasi Widha Karina
Mungkin kalau penginapan ini penuh, bakal ada tamu yang diinapkan di kamar yang notebene beneran dibangun di atas laut. Di samping kamar-kamar tersebut ada kolam laut yang selalu disebut-sebut setiap kali saya dan Ivana googling penginapan di Tidore. Entah kolam yang dibatasi tembok dengan perosotan itu apakah sungguh bisa dipakai atau tidak.

Setelah melihat kondisi penginapan, siang itu kami pamit ke Ibu dan Kak Ros untuk berjalan-jalan sampai sore. Setelah mengetahui bahwa kami berdua tidak berpuasa, Kak Ros membekali kami berdua dengan air minum kemasan, banyaaak sekali. Setengahnya kami simpan dalam kamar dan setengahnya kami tuang ke botol minum kami masing-masing sebagai bekal perjalanan.

Kak Ros mengatakan, seharusnya tarif kamar sudah termasuk makan malam dan sarapan. Tetapi karena pada bulan puasa semua karyawan dipulangkan tengah hari, penginapan tidak bisa menyediakan  makan malam. Sebagai penggantinya, Kak Ros menyediakan kudapan pada jam buka puasa dan sahur. Dengan begitu, saya dan Ivana harus cari makan malam sendiri di luar. Isokei.


BTW jarak antara Penginapan Seroja dengan Benteng Tahula, Benteng Tore, dan Kedaton Tidore beneran deket, lho! Sedekat itu sehingga kalau tiba-tiba saya mules pas lagi jalan-jalan di benteng, saya bisa pulang dulu ke penginapan untuk mengurus hajat hidup manusia pada umumnya.

Tapi Penginapan Seroja ini berjarak agak jauh dari pasar. Untuk membeli jajanan dan makan malam, kami harus naik bentor (becak motor) ke pasar. Tarifnya tidak mahal, hanya berkisar Rp5.000 sampai 15.000 saja.

Saya dan Ivana tidak banyak berinteraksi dengan Ibu dan Kak Ros karena mereka berdua jarang terlihat di ruang tamu. Yang kami temui malah anggota keluarga lain, perempuan seusia kami yang begitu jam berbuka puasa, menggunakan ruang tamu untuk bercengkerama dengan teman-temannya. Itupun saya dan Ivana tidak enak mengganggu dan memilih untuk beristirahat saja dalam kamar.

Obrolan antara saya, Ivana, dan Ibu malah terjadi keesokan paginya, ketika kami harus check out dan meneruskan perjalanan ke Ternate. Saya bertanya tentang riwayat foto-foto yang tergantung di dinding penginapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun