Mohon tunggu...
Bambang Wibiono
Bambang Wibiono Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Sarjana | Penulis Bebas | Pemerhati Sosial Politik

Alumnus Ilmu Politik FISIP Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Selamat Jalan Mamah (5)

24 Juni 2020   11:38 Diperbarui: 24 Juni 2020   11:27 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Ibu, ini saya sarankan untuk melakukan kemoterapi ya. Fungsinya untuk mematikan sel-sel kanker yang sangat mungkin masih tertinggal. Ibarat tanaman yang kita cabut, tentu masih menyisakan akar-akar yang halus tertinggal. Nah akar-akar halus inilah yang kalau pada kanker bisa tumbuh lagi dan menjalar ke bagian lain", begitu dokter menyarankan saat kontrol rutin yang ke sekian kali.

"Kalau kemoterapi sampai berapa kali dok?"

"Dicoba dulu 6x kemo dengan jarak 2 bulan sekali. Nanti kita lihat perkembangannya," kata dokter.

Tetapi rasanya untuk kemoterapi kami kurang yakin dan keberatan. Berdasarkan pengalaman beberapa teman, saudara dan orang yang pernah cerita, kemo biasanya justru makin memperburuk kondisi. Efek kemo ini bisa melumpuhkan jaringan tubuh yang lain. Alih-alih membumihanguskan sel kanker, malah sel otak, sel mata, sel di lengan ikut dilibas. Makanya tidak sedikit juga orang yang menjalani kemoterapi kemudian rambutnya botak, jaringan kulit rusak, kadang ada yang penglihatannya jadi terganggu, ada juga yang sampai akhirnya melumpuhkan fungsi sebagian organ tubuhnya. Selain masalah itu, kebetulan untuk biaya pun kami sudah tidak sanggup. Karena kemoterapi pun harus dilakukan di Bandung. Biaya mahal ditambah ongkos bolak balik juga tentu tidak sedikit.

"Sepertinya untuk kemo nanti dulu lah dok, saya belum siap. Sementara berobat rutin dulu aja dok ditambah saya juga ikhtiar ke pengobatan alternatif untuk mempercepat penyembuhan" ucap Mamah.
Dokter itu hanya tersenyum.

Untuk keperluan mondar-mandir berobat ke dokter, tabib, atau ke apotek, akhirnya Papah memutuskan untuk membeli sepeda motor. Kredit. Karena kalau dihitung-hitung, biaya mondar-mandir tak terasa besar juga. Kalau dengan motor, isi bensin 10 ribu bisa untuk tawaf Kota Udang sampai bosen.

Dirasa kondisi Mamah sudah bisa beraktivitas, bahkan sudah jalan-jalan nongkrong dengan ibu-ibu, apalagi kalau buka ngerumpi. Aku kembali pada habitatku. Kembali ke desa, ke kampus, berkutat dengan skripshit dengan target akhir tahun ini selesai sidang dan wisuda.

Untuk urusan skripshit ini, Aku harus sering bolak-balik-bolak kampus dan rumah karena kebetulan penelitianku di Kota Udang. Dan untuk urusan nasib kuliahku, tak perlu lah Aku ceritakan panjang lebar kali tinggi di sini. Untuk mengejar target wisuda akhir tahun ini Aku harus terpaksa ganti dosen pembimbing. Saat tinggal penentuan jadwal sidang pendadaran, semua dosen pembimbing dan penguji tidak ada yang klop. Selalu bentrok jadwalnya. 

Demi melihat Mamah dan Papah senang anaknya wisuda jadi sarjana, kuambil keputusan sidang pendadaran 2x. Mabok mabok dah situ. Untuk jadwal sidang pertama, salah satu penguji tidak hadir. Selama 2 jam Aku duduk di kursi pesakitan menghadapi 3 dosen penguji. Setelah melalui 2x masa sidang, akhirnya Aku dinyatakan lulus sangat memuaskan oleh pengujiku. Tapi sayang, aku tidak bisa ikut jadwal wisuda akhir tahun karena jadwal sidang pendadaran yang kedua Bulan Januari. Baru bisa ikut wisuda Bulan Maret. Tak apalah.

"Mak, anakmu bakal jadi sarjana Mak" gumamku dalam hati.

Ditengah kesibukanku mengurus lersiapan wisuda, ponselku berdering. HAPAP, tertulis di layar kecil itu. "waduh ada apa ini" tanyaku dalam hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun