Mohon tunggu...
Wf Novitasari
Wf Novitasari Mohon Tunggu... Guru - Guru Biologi di SMA Negeri 6 Metro Lampung

Sang Pembelajar Sepanjang Hayat dan suka berbagi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 3.1 PGP Angkatan 9

16 Februari 2024   22:12 Diperbarui: 16 Februari 2024   22:31 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

KONEKSI ANTAR MATERI

NAMA CGP: W.F. NOVITASARI

INSTANSI: SMA NEGERI 6 METRO

 

Tujuan Pembelajaran Khusus: 

  • CGP membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang didapat, dengan beraneka cara dan media;
  • CGP dapat melakukan refleksi bersama fasilitator untuk mengambil makna dari pengalaman belajar dan mengadakan metakognisi terhadap proses pengambilan keputusan yang telah mereka lalui dan menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan yang dilakukannya.

 


Kegiatan Pemantik:

Bacalah kutipan ini dan tafsirkan apa maksudnya:

"Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik"
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert

Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?

Jawaban: PERMENDIKBUD No.15 Tahun 2018 menyebutkan bahwa guru adalah sebagai pendidik profesional dengan 7 tugas utama, yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Tugas guru mengajar tentunya berhubungan dengan ilmu pengetahuan umum dan teknologi. Proses mengajar ini dapat dilakukan dengan memberikan konsep-konsep teori ilmu pengetahuan, melalui contoh, mempraktikkan suatu keterampilan tertentu yang berhubungan dengan materi capaian pembelajaran. Murid yang diberikan suatu pengetahuan kognitif dan keterampilan tersebut nanti dapat menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal itulah seperti yang disebutkan pada kutipan diatas, yaitu "mengajarkan anak menghitung itu baik". Namun yang lebih utama dan lebih penting adalah guru harus dapat melaksanakan tugasnya dalam membimbing dan mendidik, karena kedua hal tersbeut erat kaitannya dengan norma, etika, mengikuti tata tertib yang telah disepakati bersama pada kesepakatan kelas, adanya kesadaran diri untuk terus belajar dan penegakkan disiplin positif yang ada di sekolah. Seperti kutipan diatas "mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik", sehingga karakter/adab/moral harus lebih diutamakan bila dibandingkan dengan transfer ilmu pengetahuan. Moral, etika dan penanaman nilai-nilai kebajikan universal merupakan kunci dalam membentuk landasan yang kuat bagi kepribadian murid, karena pendidikan tidak hanya tentang akademis, tetapi juga membentuk manusia yang berintegritas. Hal tersebut tentu saja selaras dengan konsep pemikiran Ki Hadjar Dewantara bahwa tugas utama guru adalah menutun tumbuhnya kekuatan kodrat murid sehingga dapat memperbaiki tingkah lakunya, denga tujuan agar murid dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat.

- Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita? Jawaban: Setiap keputusan yang kita ambil tentu saja menimbulkan dampak bagi orang lain (lingkungan kita). Pertanyaannya adalah apakah keputusan yang kita ambil  dapat selaras dan baik untuk kepentingan bersama? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita harus memiliki prinsip-prinsip atau nilai-nilai yang berhubungan dengan kebajikan universal yang harus tertanam dalam diri sebelum mengambil keputusan. Pengambilan keputusan merupakan sebuah proses dinamis yang dipengaruhi oleh banyak kekuatan termasuk lingkungan organisasi dan pengetahuan, kecakapan dan motivasi. Pengambilan keputusan adalah ilmu dan seni pemilihan alternatif solusi atau alternatif tindakan dari sejumlah alternatif solusi dan tindakan yang tersedia guna menyelesaikan masalah (Dermawan, 2004). Setiap pengambilan keputusan hendaknya mengingat kembali tujuan bersama dan mengedepankan kepentingan bersama, karena dengan demikian, hasil dari pengambilan keputusan dapat diterima oleh semua pihak.

Modul 3.1 ini mengajarkan kepada kita bahwa dalam mengambil sebuah keputusan harus berdasarkan pada 4 paradigma dilema etika, 3 prinsip resolusi penyelesaian dilema dan 9 langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan. Keputusan yang diambil saat menghadapi kasus dilema etika akan merefleksikan nilai-nilai kebajikan universal yang kita junjung tinggi. Seseorang yang dalam dirinya telah tertanam nilai-nilai kebajikan universal akan mampu menerapkan prinsip pengambilan keputusan yang baik dan efektif bagi semua pihak dan tentu saja akan berdampak baik pula pada lingkungannya.

- Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?

Jawaban: Guru sebagai pemimpin pembelajaran, harus dapat mengambil keputusan secara efektif karena setiap keputusan yang diambil guru harus dapat memberikan dampak yang baik dan besar bagi murid. Setiap pengambilan keputusan yang dilakukan oleh guru, yang menjadi tujuan utama adalah untuk murid, murid dan murid. Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mengambil keputusan berdasarkan rasa tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal dan berpihak pada murid. Keputusan yang efektif akan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, nyaman, aman, sehingga proses pembelajaran dapat terwujud suasana aktif dalam suasana yang menyenangkan.

Guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya karena keputusan efektif guru akan menjadi rujukan atau teladan bagi murid ketika murid tersebut mengalami dilema etika yang sama di masa yang akan datang. Guru adalah sebagai suri tauladan bagi muris, maka keputusan guru dalam berbagai hal akan sangat mempengaruhi proses pembelajaran dan keberhasilan murid, sehingga sangat penting sekali jika setiap keputusan guru mampu menciptakan kesempatan belajar bagi murid dan memerdekakan murid dalam belajar. Sebagai seorang pemimpin pemimpin pembelajaran, tidak ada benar atau salah selama pengambilan keputusan berdasarkan pada rasa tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal dan berpihak pada murid. Selain hal tersebut, yang menjadi acuan guru dalam pengambilan keputusan adalah visi misi sekolah dan juga budaya positif yang telah ada di sekolah. Guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan hendaknya melakukan secara sadar dan dalam kondisi mindfulness, mengingat setiap keputusan dan pilihan yang diambil akan ada konsekuensi dan dampak bagi orang lain dan lingkungan.

Sebagai pemimpin pembelajaran, guru harus menjadi panutan dan dapat menuntun murid agar mereka dapat tumbuh dan berkembang sesuai kodrat alam dan kodrat zamannya. Keputusan yang diambil guru harus mengutamakan kebutuhan belajar murid yang berbeda-beda sehingga proses pembelajaran dilakukan secara berdiferensiasi dan juga penerapan pembelajaran sosial emosional yang dapat menjadikan murid berkembang baik secara sosial dan emosinya.

Sekolah adalah sebagai institusi moral yang merupakan miniatur dunia dalam perannya dan kontribusinya terhadap terbangunnya budaya, nilai, dan moral/akhlak pada diri murid. Perilaku warga sekolah, termasuk guru dan juga pimpinan sekolah adalah teladan bagi murid dan akan menjadi contoh bagi perilaku murid.

- Menurut Anda, apakah maksud dari kutipan ini jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang telah Anda alami di modul ini? Jelaskan pendapat Anda.

Education is the art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~

Jawaban: Pendidikan tidak hanya tentang pemberian pengetahuan dan keterampilan kepada murid, namun juga tentang pembentukan karakter/moral/adab yang baik. Salah satu aspek penting dalam pembentukan karakter adalah etika. Membangun etika dalam pendidikan adalah suatu upaya untuk membentuk individu yang memiliki nilai-nilai moral dan perilaku yang baik.

Pendidikan yang menekankan etika dan perilaku etis membantu menghasilkan warga negara yang bertanggung jawab. Dengan memahami nilai-nilai moral seperti kejujuran, integritas, dan empati, murid akan lebih cenderung untuk berperilaku dengan baik dalam masyarakat dan menjalankan tanggung jawab sosial mereka. Sekolah yang memprioritaskan etika dapat menciptakan lingkungan yang positif, karena murid merasa aman dan dihargai, sehingga dapat berdampak positif pada motivasi belajar, kerjasama antar murid, dan suasana belajar yang kondusif.

Etika memberikan pedoman yang jelas dalam pengambilan keputusan. Ketika murid dihadapkan pada situasi yang memerlukan pemikiran moral, pemahaman etika membantu mereka membuat keputusan yang benar dan bertanggung jawab. Sekolah harus dapat memasukkan pembelajaran karakter ke dalam kurikulum dan dapat dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai moral dalam materi pelajaran yang diajarkan sehingga murid dapat melihat hubungan antara materi pelajaran dengan nilai-nilai etika. Seluruh warga sekolah memiliki peran penting dalam membentuk etika dan perilaku etis murid dalam semua aspek kehidupan di sekolah, keluarga dan masyarakat.

Membangun etika dalam pendidikan adalah kunci untuk membentuk karakter yang baik pada generasi muda. Pendidikan yang berfokus pada etika membantu murid menjadi warga negara yang bertanggung jawab, menciptakan lingkungan sekolah yang positif, dan memberikan pedoman dalam pengambilan keputusan. Dengan mengintegrasikan pembelajaran karakter ke dalam kurikulum, melibatkan peran model yang baik, memfasilitasi diskusi etis, dan melibatkan orang tua, pendidikan dapat menjadi alat yang kuat dalam membentuk individu yang memiliki nilai-nilai moral yang kuat dan karakter yang baik.

Panduan Pertanyaan untuk membuat Rangkuman Kesimpulan Pembelajaran (Koneksi Antar Materi):

 1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

        Jawaban:

Beberapa pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang dirangkum menjadi sebuah filosofi pendidikan adalah: sistem among, kodrat alam dan kodrat zaman, Tri Kon (kontinyu, konvergen, konsentris), Tri Pusat Pendidikan (keluarga, sekolah, masyarakat), berhamba pada anak, budi pekerti, bermain adalah kodrat anak, dan Pratap Triloka, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.

Sistem Among adalah suatu sistem pembelajaran yang mengedepankan pembentukan manusia secara utuh. Suatu metode yang tidak menghendaki 'perintah-paksaan', melainkan memberi 'tuntunan' bagi hidup anak-anak agar dapat berkembang dengan subur dan selamat, baik lahir maupun batinnya. Sistem among bertujuan untuk membangun hubungan emosional yang kuat antara guru, murid, dan orang tua untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang optimal.

Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani merupakan slogan yangi bermakna "di depan memberikan contoh, di tengah memberi dorongan, di belakang memberikan dukungan". Ini berarti bahwa seorang pendidik harus menjadi contoh yang baik bagi anak didiknya, memberikan dorongan dan motivasi agar anak didiknya agar berkembang dengan baik, dan memberikan dukungan yang dibutuhkan agar anak didiknya dapat mencapai kesuksesan. Hal tersebut selaras dengan konsep pada modul 3.1 yang menyatakan bahwa pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemimpin pembelajaran harus untuk murid dan berpihak pada murid.

Ing Ngarso Sung Tulodo memberikan makna bahwa dalam kesehariannya, seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran haruslah mampu memberikan contoh yang baik bagi muridnya. Maka dari itu tanggung jawab sebagai seorang guru bukan hanya mengajar, tapi juga membimbing, mengarahkan, serta memberi tauladan yang baik bagi muridnya, agar nantinya muridnya memiliki keilmuan dan akhlak yang baik.

Ing Madya Mangun Karso yang memiliki arti ditengah membangun keinginan, maka dapat disimpulkan bahwasannya seorang guru haruslah mampu untuk memberikan motivasi bagi muridnya, karena biasanya murid yang memiliki motivasi yang besar maka ia akan memiliki minat yang belajar yang besar pula, dan jika seseorang telah memiliki motivasi dan minat belajar yang baik maka ia mampu untuk mendapatkan hasil yang baik pula pada proses pembelajarannya, sehingga motivasi menjadi hal yang sangat penting pada proses pembelajaran.

Tut Wuri Handayani artinya di belakang memberikan dorongan. Maksud dari ungkapan ini bahwasannya sebagai seorang guru kita harus mampu untuk selalu memberikan dorongan ataupun dukungan positif bagi murid kita, agar murid merasa nyaman dalam belajar dan tidak terbabani karena belajar, sehingga ketika seorang guru mampu untuk selalu memberikan dukungan pada muridnya, maka murid akan merada senang dalam belajar.

Sebagai pemimpin pembelajaran, kita sebagai harus memahami prinsip dan nilai dari seorang pendidik, yaitu berpihak pada murid dan kita harus terampil dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Semua filosofi Ki Hadjar Dewantara dengan Pratap Triloka serta pengambilan keputusan sebagai pemimpin memiliki keterkaitan, yaitu harus berpihak pada murid. Dampak dari pengambilan keputusan harus selaras dengan kebutuhan murid dan baik untuk kepentingan bersama. Sebagai pemimpin pembelajaran, kita dapat mengambil banyak pelajaran dan inspirasi dari pemikiran-pemikiran beliau dalam menjalankan tugas mendidik dan mengajar murid di kelas, sehingga dapat membantu menciptakan generasi yang cerdas, berakhlak mulia, dan dapat menghadapi tantangan masa depan dengan baik.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Jawaban:

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita merupakan suatu karakter kita. Karakter berarti adalah tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. Karakter adalah sebagai penentu bahwa seseorang sebagai pribadi.

Karakter merupakan sifat yang mantap/stabil dan melekat dalam pribadi seseorang yang dapat membuat seseorang  bersikap dan bertindak, sehingga pengambilan suatu keputusan dipengaruhi oleh prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita. Akan menjadi suatu keniscayaan bahwa seseorang yang berkarakter kuat dan baik, maka secara individual maupun sosial adalah mereka yang memiliki moral, akhlak, dan budi pekerti yang baik. Karakter akan menentukan bagaimana seseorang membuat keputusan, menentukan sikap, perkataan dan perbuatan.

Dalam mengambil keputusan, kita sebagai pemimpin pembelajaran harus memperhatikan nilai-nilai: berpihak pada murid, mandiri, kolaboratif, inovatif dan reflektif dan memperhatikan  tiga prinsip pengambilan keputusan, yakni Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking).

3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya.

Jawaban: 

Coaching merupakan proses penggalian informasi dengan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuannya, untuk memprediksi hasil dan berbagai opsi dalam pengambilan keputusan. Pada materi coaching, disebutkan bahwa coaching dapat membantu coachee menentukan apa saja pilihan dan peluang-peluang yang ada, mengenai pro dan kontra, serta konsekuensi yang perlu dijalani dari berbagai pilihan tersebut sebelum pengambilan keputusan yang berdasarkan atas keputusan sendiri tanpa terpengaruh oleh orang lain atau sekadar ikut-ikutan tanpa tujuan yang jelas. Coaching dapat membantu coachee dalam mencari solusi atas permasalahannya sendiri. Selain itu diperlukan kompetensi kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, dan keterampilan berhubungan sosial untuk mengambil keputusan, dan proses pengambilan keputusan diharapkan dapat dilakukan secara sadar penuh, sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada.

Ada tahapan dalam coaching dan saya sebagai coach harus memiliki kemampuan terbaik. Saya sebagai coach harus benar-benar hadir untuk coachee, mendengarkan secara aktif, menanyakan powerful question atau pertanyaan berbobot, memperhatikan intonasi suara juga gerak-gerik tubuh coachee. Setiap tahap coaching akan terkumpul informasi yang memadai sehingga coach dapat membantu coachee untuk menganalisis kekuatan, kelemahan, kesempatan, juga hambatan yang ada dalam pengambilan setiap keputusan coachee.

Proses coaching diharapkan mampu diambil keputusan yang efektif sesuai dengan kompetensi/kemampuan coachee. Coach bukanlah yang mengambil keputusan, melainkan coachee itu sendiri. Coach hanya bertindak sebagai alat bantu agar coachee dapat mengambil keputusan yang sesuai dengan nilai dirinya, apakah tujuan jangka pendek atau jangka panjang, hal yang diinginkan, juga hal yang dibutuhkan. Selain itu coach juga harus memastikan agar coachee tetap on track dalam menjalani keputusan tersebut.

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Jawaban:

Kemampuan dalam mengambil keputusan membantu kita mengarungi kehidupan, menghindari masalah yang mungkin timbul, dan memperluas cakrawala pandang kita. Dalam pengambilan keputusan, guru harus memiliki kemampuan untuk memilih hal yang benar dan salah. Selain kemampuan penguasaan terhadap masalah, pengambilan keputusan juga ditentukan oleh faktor kepribadian, dalam hal ini adalah manajemen diri dan kematangan sosial emosi. Disadari atau tidak, kemampuan manajemen diri da kematangan social emosi berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan.

Pengambilan keputusan pada masalah dilema etika sebenarnya didukung pula oleh pengalaman guru/seseorang, sedangkan sikap terhadap pengalaman itu sendiri berkaitan dengan kematangan emosi seseorang. Kematangan social emosi adalah sebuah modal yang berharga. Seseorang yang memiliki emosi yang lebih matang akan dapat memilah dan memilih apa yang terbaik dan apa yang harus dihindarinya. Kematangan emosi ditandai dengan bagaimana konflik dipecahkan, dan bagaimana kesulitan ditangani. Seseorang yang telah memiliki kematangan secara social emosi, memandang kesulitan-kesulitan dalam hidup bukan sebagai malapetaka, tetapi sebagai tantangan-tantangan, sehingga saat ia dihadapkan pada situasi dimana seseorang harus memilih salah satu alternatif yang disodorkan padanya, berbekal pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, maka seseorang itu akan lebih mudah mengambil keputusan yang dianggap paling sesuai.

Pengambilan keputusan merupakan tugas yang cukup berat, jika tidak didorong kematangan social emosi dan manajemen diri yang tinggi, maka seseorang akan sulit mengambil suatu keputusan. Kematangan emosi dan kemampuan manajemen diri yang tepat akan membawa seseorang ke arah rasa percaya diri yang mantap, sehingga proses dan tahapan dalam pengambilan keputusan dapat dilakukan secara maksimal. 

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Jawaban:

Pendidik adalah individu yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kepada murid. Mereka berada di garda terdepan dalam proses pendidikan, memainkan peran kunci dalam membentuk perkembangan intelektual, moral, dan sosial murid. Manfaat pendidikan dalam kehidupan dunia, yakni membentuk diri yang baik dari keahlian, kemampuan, etika, dan akhlak untuk menjadi pribadi yang baik serta untuk membekali diri dalam menghadapi dunia bermasyarakat. Sehubungan dengan peran tersebut, maka sangat penting sekali seorang pendidik memiliki nilai-nilai kebajikan yang harus melekat dalam diri, sehingga dalam menyelesaikan suatu kasus yang menyangkut masalah moral atau etika dapat secara bijak untuk kepentingan bersama dan mengandung nilai-nilai moral.  Penyelesaian kasus juga hendaknya harus selalu berpihak pada murid.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat? tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Jawaban:

Modul 3.1 ini mengajarkan kepada kita bahwa dalam mengambil sebuah keputusan harus berdasarkan pada 4 paradigma dilema etika, 3 prinsip resolusi penyelesaian dilema dan 9 langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan. Keputusan yang diambil saat menghadapi kasus dilema etika akan merefleksikan nilai-nilai kebajikan universal yang kita junjung tinggi. Seseorang yang dalam dirinya telah tertanam nilai-nilai kebajikan universal akan mampu menerapkan prinsip pengambilan keputusan yang tepat, baik dan efektif bagi semua pihak dan tentu saja akan berdampak baik pula pada lingkungannya.

7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Jawaban:

Tantangan yang dihadapi dalam pengambilan keputusan, yaitu hasil keputusan yang diambil tidak dapat mengakomodir semua pihak yang terlibat. Ada pihak yang tidak dapat menerima atau merasa tidak suka atas keputusan yang diambil. Memberikan pemahaman kepada orang yang tidak suka dengan kita juga merupakan suatu tantangan tersendiri, karena jika orang tidak suka dengan kita, biasanya tidak bisa sejalan/selaras dengan pemikiran kita.

8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Jawaban:

Tujuan pembelajaran adalah memenuhi tumbuhnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki tingkah lakunya dan membantu murid untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dari tujuan tersebut, dapat di simpulkan bahwa pembelajaran haruslah berpihak pada murid. Jika terdapat permasalah dalam pembelajaran dan di sekolah maka pengambilan keputusan haruslah berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal yang juga berpihak pada murid. Setiap murid yang ada di kelas kita adalah unik dan berbeda-beda, tetapi sebagai seorang pendidik kita harus dapat memenuhi semua kebutuhan belajar murid  yang berbeda-beda tersebut dengan pembelajaran berdiferensiasi.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Jawaban:

Guru sebagai pemimpin pembelajaran, harus dapat mengambil keputusan secara efektif karena setiap keputusan yang diambil guru harus dapat memberikan dampak yang baik dan besar bagi murid. Setiap pengambilan keputusan yang dilakukan oleh guru, yang menjadi tujuan utama adalah untuk murid, murid dan murid. Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mengambil keputusan berdasarkan rasa tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal dan berpihak pada murid. Keputusan yang efektif akan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, nyaman, aman, sehingga proses pembelajaran dapat terwujud suasana aktif dalam suasana yang menyenangkan.

Guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya karena keputusan efektif guru akan menjadi rujukan atau teladan bagi murid ketika murid tersebut mengalami dilema etika yang sama di masa yang akan datang. Guru adalah sebagai suri tauladan bagi murid, maka keputusan guru dalam berbagai hal akan sangat mempengaruhi proses pembelajaran dan keberhasilan murid, sehingga sangat penting sekali jika setiap keputusan guru mampu menciptakan kesempatan belajar bagi murid dan memerdekakan murid dalam belajar. Sebagai seorang pemimpin pemimpin pembelajaran, tidak ada benar atau salah selama pengambilan keputusan berdasarkan pada rasa tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal dan berpihak pada murid. Selain hal tersebut, yang menjadi acuan guru dalam pengambilan keputusan adalah visi misi sekolah dan juga budaya positif yang telah ada di sekolah.

Guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan hendaknya melakukan secara sadar dan dalam kondisi mindfulness, mengingat setiap keputusan dan pilihan yang diambil akan ada konsekuensi dan dampak bagi orang lain dan lingkungan. Sebagai pemimpin pembelajaran, guru harus menjadi panutan dan dapat menuntun murid agar mereka dapat tumbuh dan berkembang sesuai kodrat alam dan kodrat zamannya. Keputusan yang diambil guru harus mengutamakan kebutuhan belajar murid yang berbeda-beda sehingga proses pembelajaran dilakukan secara berdiferensiasi dan juga penerapan pembelajaran sosial emosional yang dapat menjadikan murid berkembang baik secara sosial dan emosinya.

Sekolah adalah sebagai institusi moral yang merupakan miniatur dunia dalam perannya dan kontribusinya terhadap terbangunnya budaya, nilai, dan moral/akhlak pada diri murid. Perilaku warga sekolah, termasuk guru dan juga pimpinan sekolah adalah teladan bagi murid dan akan menjadi contoh bagi perilaku murid.

Seorang pemimpin pembelajaran yang memahami tujuan pembelajaran yang berpihak pada murid, maka segala yang di lakukannya adalah mengutamakan keberpihakan pada murid. Dia akan melakukan pembelajaran berdifferensi untuk memenuhi semua kebutuhan muridnya. Jika ada permasalahan, guru tersebut juga akaan melakukan coaching serta mengambil keputusan yang berdasar pada nilai-nilai kebajikan yang juga berpihak pada murid.. Jika seorang guru melakukan hal ini semua, maka seorang murid akan senang, bahagia, dan selamat dalam perjalanan kehidupannya di masa depan, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

10. Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Jawaban:

Dari modul ini dan juga modul sebelumnya saya belajar bahwa tujuan pembelajaran adalah memenuhi tumbuhnhya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki tingkah lakunya dan membantu murid untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat, sehingga saya sebagai pendidik harus mengutamakan keberpihakan pada murid. Saya harus dapat merancang kegiatan pembelajaran yang berpihak pada murid melalui pembelajaran berdiferensiasi, dan ketika terdapat permasalahan terutama dilema etika, saya juga harus mampu melakukan coaching dan mengatasi permasalahan tersebut melalui pengambilan keputusan berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal yang juga harus berpihak pada murid.

11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Jawaban:

Alhamdulillah pengetahuan saya bertambah setelah saya mempelajari modul 3.1 ini. Saya sekarang memahami bahwa ternyata dalam mengambil keputusan harus mempraktikkan teori-teori: 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Saya juga memahami bahwa dalam suatu kasus yang terjadi di sekolah dikelompokkan menjadi kasus dilema etika dan bujukan moral.

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Jawaban:

Sebelum mempelajari modul ini, saya belum memahami materi tentang dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga ketika terdapat sebuah permasalahan saya mengambil keputusan berdasarkan analisis permasalahan, nilai-nilai kebajikan universal, arahan dari pimpinan dan merujuk pada peraturan yang berlaku.

13. Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Jawaban:

Saya mendapatkan wawasan dan pengetahuan mengenai teori dan langkah dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Sebelum memahami teori ini, saya mengambil keputusan berdasarkan analisis permasalahan yang ada, nilai-nilai kebajikan universal, arahan dari pimpinan dan merujuk pada peraturan yang berlaku, namun setelah mengetahui materi modul 3.1 ini, saya mulai mempraktikkan materi dan teori yang ada, yaitu: teori dan langkah dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Jawaban:

Modul 3.1 berupa pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin ini menjadi landasan dan acuan saya sebagai seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan ketika menghadapi permasalahan dilemma etika atau bujukan moral. Materi yang terdapat pada modul ini juga dapat sebagai acuan saya ketika mengambil keputusan sebagai manusia yang merdeka (individu). Modul ini menurut saya sangat penting untuk dipahami dan untuk dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun dalam kehidupan bermasyarakat/keluarga.

SALAM TERGERAK, BERGERAK DAN MENGGERAKKAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun