Mohon tunggu...
Yohanes Wempi
Yohanes Wempi Mohon Tunggu... wiraswasta -

Aktifis bermasyarakat, fokus bergerak dibidang budaya minangkabau

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Badoncek, Budaya Lamo Minang

26 Oktober 2015   02:05 Diperbarui: 26 Oktober 2015   02:05 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Perlu diberikan apresiasi bahwa budaya badoncek yang dilakukan selama ini diakui sangat membantu pembangunan Minangkabau. Apalagi pembangunan infrastruktur yang ada ditengah masyarakat nagari yang tidak banyak tersentuh dana pemerintah seperti pembangunan kantor KAN, Kantor Wali Nagari, Kantor Wali Jorong/Korong, tempat pertemuan adat dan tempat-tempat pertemuan anak nagari, kesemua dibangun melalui badoncek.

Begitu strategisnya budaya badoncek dalam pembangunan Minangkabau selama ini, maka diminta para elit tidak boleh meninggalkan nilai-nilainya, baik secara aplikasi budaya badoncek untuk membangun Minangkabau maupun yang lainnya. Penulia bisa simpulkan bahwa kesuksesan membangun nagari, membangun kabupaten dan propinsi tidak akan bisa terwujud tanpa ada gerakan budaya badoncek ditengah masyarakat.

Mari lihat contoh pembangunan Masjid Raya Sumatra Barat karna tidak dibukanya peluang badoncek untuk pembangunannya, berakibat penyelesaiaan pembangunan Masjid itu lambat. Salah satu faktornya belum selesainya. dikarnakan idak ada keterlibatan pihak luar untuk membantu memecahkan kebuntuan. Selain itu, pembangunan masjid merupakan proyek pemerintah, pemerintah propinsi terkesan jalan sendiri.

Pemerintah provinsi mengambil kebijakan sendiri membangun Masjid Raya Sumatra Barat tersebut dengan menggelontorkan APBD. Dana yang telah digelontorkan sebesar tersebut pun belum bisa menyelesaikan pembangunan masjid yang diharapkan cepat selesai.
Pj Gubernur Sumbar Reydonnyzar Moenek mengatakan, pembangunan Masjid Raya Sumbar telah dilaksanakan sebanyak enam tahap sejak 2007 hingga 2015. Hingga tahap keenam ini telah mencapai progres sebesar 49 persen dengan serapan anggaran sebesar Rp 202,2 milyar dari total Rp 433,5 Milyar.

Akhirnya, setelah mendengarkan kata Wakil Presiden Jusuf Kalla, medio agustus lalu, Pj Gubernur berencana akan mengibahkan masjid ke sebuah yayasan. Artinya, Donny Moenek akrabnya, mulai menyadari, pembangunan masjid akan lebih cepat jika dilakukan pembangunan secara bersama-sama, atau sama-sama badoncek.

Kesuksesan gerakan budaya bandoncek ini bisa diperdalam maknanya melalui dukungan bersama. Mari pahami perumpamaannya sebagai berikut, “barek samo dipikul, ringan sama dijinjing”. Artinya semua sama-sama terlibat.

Perumpamaannya diatas diperkuat juga ibarat “bak saciok bak ayam dan sadanciang bak basi, atau “kalurah samo manurun dan kagunuang samo-samo mandaki” maka sangat jelas perumpaan tersebt sangat menekankan budaya badoncek menjadi metode untuk menyelesaikan permasalahan keterbatasan yang ada di Minangkabau.

Apalagi kedepan tantangan perubahan nilai adat isti adat di Minangkabau sangat besar dilindas zaman. Sekarang setiap daerah di Indonesia sudah memperlihatkan kapasitas kompetisinya untuk berdiri dikaki sendiri melalui kekuatan budayanya. Pada akhirnya semua pemerintah daerah akan mencari kekuatan dengan basis sosial budaya yang dimilikinya.

Seperti contoh kabut asap yang melanda daerah Riau. Para tokoh sudah berani mengatakan jika pemerintah pusat tidak menyelesaikan masalah kabut asap, maka Riau akan memisahkan diri dari pemerintah pusat.
Begitu juga dengan Minangakabu yang kodisinya saat ini mengkawatirkan, hasil survey BPS yang dirilis tahun 2015 menjelaskan bahwa jumlah orang miskin di Sumatra Barat miningkat tajam dengan data jumlah orang miskin sebesar 379,610 jiwa, angka ini lebih besar dibandingkan dengan angka kemiskinan daerah tetangga seperti Jambi, daerah Bengkulu dan lainnya.

Kebenaran data BPS ini riel berarti masyarakat Sumatra Barat berada dalam ambang kehancuran. Baik secara ekonomi dan kemiskinan akan membuat budaya Minang hilang. Maka salah satu solusinya untuk menghadapi kondisi diatas mau tidak mau setiap komponen masyarakat secara bersama-sama harus melakukan budaya badoncek saling membantu disegala bidang.

Para perantau sukses harus badoncek membantu masyarakat dikampung, sanak-kamanakan yang keadaan ekonomi susah diberikan bantuan berupa modal usaha, diajak merantau untuk bekerja, dan sama-sama menamkan investasi untuk membuka lapangan pekerjaan baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun