Mohon tunggu...
wely yasta
wely yasta Mohon Tunggu... -

We are synicman

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Aku Kaum Synic

10 Juli 2012   14:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:06 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku benci menjadi kaum synic, benci untuk protes, benci untuk mengritik, tapi melihat semua ini aku sudah muak.

Ketika sang calon pemimpin menyanyikan lagu dengan lyric "Tuhan kirimkanlah aku pemimpin yang baik", sreg hati nuraniku melawan mendengarnya. Rasa sinisku muncul, sumpah serapahku muncul, bagaimana dia mendewakan dirinya sendiri dihadapan ribuan massanya.

Bagaimana aku tidak mengikuti kaum synic yang suka menggonggong, mengkritik dan sinis, melihat slogan sebuah institusi yang "Anti KKN, anti bla, bla, bla..." sementara untuk mutasi saja harus nyogok 3 jutaan. Dan dengan lantang mereka menyanyikan slogan mereka. Menyanyikan dengan semangat, semangat kebohongan, lebih baik aku jadi kaum synic.

Rasa synicku makin menjadi-jadi kala aku melihat dunia telah terbalik, pemimpin jahat dipuja. Keluwesan, lobi-lobian politik busuk dan kolusi dianggap sebagai 'pencapaian". Sedangkan orang baik tinggal di dalam buku pelajaran SD dan hanya laku di atas kertas. Laku bagi kutu-kutu yang melahap buku dan tintanya.

Semuanya menjadi sandiwara bohong, bohong dipaksakan diterima akal, hati berontak, nurani melawan. Kalau memang bohong ya bohong, merampok ya merampok, jahat ya jahat, curang ya curang. Kalau memang cara itu yang dipakai, ya akui !.

Munafik adalah topeng paling laris di pasar kehidupan, memakai dasi tapi perampok, memakai seragam tapi minta setoran, memakai jubah tapi busuk. Atas nama hukum, atas nama peraturan, atas nama IBLIS, atas nama NAFSU.

Jangan menjadi zombie, hidup tanpa jiwa, hidup tanpa nurani, berdenyut tapi tak berjiwa.

Lebih baik aku menjadi kaum synic yang katanya suka mengkritik namun tidak memberi solusi, hanya tau memaki, hanya tau mengoreksi, sebab menurutku tak ada lg yang perlu dikoreksi, semuanya sudah terlalu kotor.

Apa memang tidak ada etika dalam hidup, apa hidup dalam kacamata hewan, hidup untuk makan dan kesenangan? lebih baik aku jd kaum SYNIC

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun