Â
DARI DEBU
MENUJU DEBU
seluruh umat manusia
apapun bangsa mereka
agama mereka
suku mereka
pangkat dan jabatan mereka
sejatinya
adalah debu
yang begitu mudah diterbangkan angin
dihempaskan
kemanapun
dimanapun
kita inilah debu
namun terus menggebu-gebu
tanpa rasa malu
suara lantang
tindakan menantang
noda dan dosa
melumuri tubuh
rapuh kumuh lusuh
kita inilah debu
bukan hanya
insan berdebu
kita sesungguhnya
hanyalah debu
bukan tubuh
berlumur debu
debu itu lemahlunglai
terkulai
nir daya
namun manusia
acap taksadar
dengan kedebuannya
hidupnya berlumur darah
bertabur hasrat mudarat
mengoyak citra
kemanusiaan mulia
yang Tuhan desain
hidup umat manusia menorehkan sejarah kelam
dari abad ke abad
akhlak rendah
moral etik
di bawah standar
sejarah umat manusia
dililitkuat aib dan noda
manusia terkapar
dalam belenggu dosa
penyadaran bahwa manusia itu adalah debu
dan akan kembali menjadi
debu
harus terus menerus dicanangkan
dan di internalisasi
pada setiap pribadi
agar mereka bertobat
dan hidup di jalan lurus
agama-agama harus makin lantang dan kuat
menginsafkan umat
bahwa mereka
hanyalah debu
dan suatu saat akan kembali menjadi debu.
Jakarta, 23 Februari 2023/pk.4.14
Weinata Sairin