HIDUP PERLU SABAR DAN HIKMAT
kuingat dan tercatat dalam memoriku
saat ku kanak-kanak
ayah ibu selalu
berpesan berulang-ulang
hidup itu perlu bersabar
dan bertindak bijaksana
agar kita tidak terbelit masalah
sulit dan pelik
keluarga kami memelihara ayam kampung
beberapa ekor
sewaktu-waktu jika ada tamu
atau ada acara ulang tahun
ayam itu dipotong
dbuat sup ayam atau ayam goreng kecap
ibu selalu mengingatkan
kita harus sabar menunggu
saat ayam itu bertelur
kedua orangtuaku juga selalu berpesan agar
berkata dan bertindak bijaksana
utamanya berkaitan dengan agama
apalagi tetangga kami
berbeda agama
kami harus sangat hati-hati menggunakan diksi
dan bertindak
agar tidak memunculkan tafsir bahwa kami tidak menghormati
agama mereka
tetangga dan mitra kerja kami adalah sahabat muslim yang sangat baik
saat lebaran dan natal kami menerima dan mengantar kue dan masakan
dari dan ke 100 keluarga
sebuah wujud talisilaturahim yang kuat erat
mantap
Â
sabar dan hikmat
 ternyata
tetap diperlukan hingga kita dewasa bahkan
hingga tubuh berangkat uzur
dizaman digital
sekarang ini
kita mesti sabar dalam banyak hal
sabar
menunggu uang pensiun yang macet 2,5 tahun
sabar menunggu hasil final penanganan kasus brigjen j
sehingga masyarakat terhindar dari berbagai tafsir liar
sabar menunggu dpo menyerahkan diri
sabar menunggu teroris habis
sabar menunggu
kelompok anti pancasila diringkus dan di proses secara hukum
sabar menunggu NKRI bersih dari korupsi
sabar menanti
disemua tanah dan wilayah NKRI semua rumah ibadah agama-agama
bisa didirikan
sabar menanti
agar kasus pelecehan seksual, perdagangan orang, kekerasan terhadap anak
bisa dihentikan dan diproses secara hukum
sabar menanti
pandemi bisa ditundukkan
sebagai warga yang beragama
kita mesti terusmenerus
mengedepankan kata-kata hikmat
bukan ujaran kebencian, hujat dan arogansi terminologis
Ya Tuhan
baruilah kedirian kami
basuh nurani kami dengan RohMu
agar kami mampu
hidup dengan sabar
berlimpah hikmat.
Jakarta, 9 Agustus 2022/pk19.10
Weinata Sairin