Mohon tunggu...
Max Webe
Max Webe Mohon Tunggu... Penulis - yesterday afternoon writer, working for my country, a reader, any views of my kompasiana are personal

"There is so much weariness and disappointment in travel that people have to open up – in railway trains, over a fire, on the decks of steamers, and in the palm courts of hotels on a rainy day. They have to pass the time somehow, and they can pass it only with themselves. Like the characters in Chekhov they have no reserves – you learn the most intimate secrets. You get an impression of a world peopled by eccentrics, of odd professions, almost incredible stupidities, and, to balance them, amazing endurances." — Graham Greene, The Lawless Roads (1939)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bahasa Mandarin di Balik Hubungan Indonesia-Tiongkok

27 Januari 2022   12:46 Diperbarui: 27 Januari 2022   16:41 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://klasika.kompas.id/

Hal-hal baru secara bertahap mulai berubah ketika sebuah inisiatif yang dibentuk di bawah kerjasama antara lembaga pendidikan China dan Indonesia, yang disebut Confucius Institutes (CI), didirikan untuk pertama kalinya pada tahun 2011.

Mereka mengajar bahasa Mandarin, melatih guru atau calon guru, dan melaksanakan tes HSK. 

CI membuka peluang bagi perguruan tinggi Indonesia untuk bermitra dengan universitas Cina untuk membuka program sarjana dalam bahasa Cina. 

Ini juga menawarkan beasiswa bagi orang Indonesia untuk belajar bahasa Cina di Cina, sehingga ketika mereka kembali, mereka dapat mengajar. 

Namun, banyak dari mereka yang kembali dari China lebih memilih bekerja di perusahaan China, yang membayar mereka dua kali lipat daripada menjadi guru. 

Meskipun kontrak beasiswa menetapkan bahwa mereka harus mengajar bahasa Mandarin saat mereka kembali, banyak siswa yang tidak memenuhi kontrak dan memilih untuk bergabung dengan perusahaan China.

Penting untuk menyadari pentingnya mengatasi hambatan linguistik-budaya dalam hubungan Indonesia-Cina. 

Dengan memahami bahasanya, masyarakat Indonesia akan lebih mengenal norma dan adat istiadat masyarakat Tionghoa, cara berbisnis, serta kepentingan nasional dan institusional. 

Hal ini dapat menghasilkan perumusan kebijakan yang lebih tepat terhadap China, yang pada akhirnya mengarah pada hubungan yang lebih bermanfaat antara kedua negara.

https://klasika.kompas.id/
https://klasika.kompas.id/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun