Mohon tunggu...
Max Webe
Max Webe Mohon Tunggu... Penulis - yesterday afternoon writer, working for my country, a reader, any views of my kompasiana are personal

"There is so much weariness and disappointment in travel that people have to open up – in railway trains, over a fire, on the decks of steamers, and in the palm courts of hotels on a rainy day. They have to pass the time somehow, and they can pass it only with themselves. Like the characters in Chekhov they have no reserves – you learn the most intimate secrets. You get an impression of a world peopled by eccentrics, of odd professions, almost incredible stupidities, and, to balance them, amazing endurances." — Graham Greene, The Lawless Roads (1939)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Usai Gempa Bumi, Lebih Baik Membangun Kembali atau Mundur?

14 Januari 2022   20:36 Diperbarui: 14 Januari 2022   20:54 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah rusak di Pandeglang akibat gempa M 6,7 yang mengguncang Sumur, Pandeglang, Banten pada pukul 16.05 WIB.(PUSDALOPS BNPB via kompas.com)

Misalnya, sebelum 2011, kurang dari 12% pemerintah daerah mengadopsi dan mengesahkan UU Bangunan 2002 . Pada tahun 2016 angka tersebut telah meningkat menjadi 60% -- sebuah peningkatan, tetapi masih belum cukup.

Di Lombok Utara, di mana sebagian besar rumah runtuh akibat gempa, pemerintah daerah baru mengesahkan peraturan pembangunan nasional pada tahun 2011. Perlu waktu bertahun-tahun bagi pemerintah daerah untuk benar-benar menerapkannya.

Untuk menyelamatkan nyawa, kita perlu bergerak melampaui gagasan bahwa penilaian risiko yang sempurna itu ada.

Langkah-langkah mitigasi seismik perlu segera dimulai, di tingkat lokal. Ribuan bangunan dibangun setiap hari dan saat ini, sementara banyak yang dibangun kembali setelah bencana, adalah waktu bagi pemerintah daerah untuk mempraktekkan kode dan standar yang ada di tingkat nasional.

Pemerintah daerah dan pusat dapat merangkul inovasi. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah di Indonesia harus fokus mengubah cara membangun rumah, termasuk memeriksa kesiapsiagaan gempa saat mengeluarkan izin mendirikan bangunan.

Bisakah pemerintah daerah secara ekstrim mengaudit semua rumah yang rentan? Dan bisakah kita membuat mesin birokrat lokal yang bisa menangani penilaian risiko pada setiap rumah di daerah rawan gempa?

Ini mungkin tampak sulit, tetapi praktik yang baik sudah tersedia. Selain menciptakan insentif bagi insinyur lokal, kontraktor, dan konsultan bangunan untuk memperhatikan tindakan seismik, pemerintah daerah juga dapat secara bertahap mengaudit bangunan publik yang kritis, yang sangat penting untuk tanggap bencana (dan mungkin sangat berbahaya jika runtuh).

Ini akan membutuhkan reformasi ekstrim dalam administrasi publik, termasuk pembangunan di tingkat lokal. Tanpa perubahan ekstrim ini, status quo akan tetap ada dan orang-orang akan terus terbunuh oleh rumah mereka ketika gempa bumi sedang hingga besar melanda wilayah mereka.

Rumah rusak di Pandeglang akibat gempa M 6,7 yang mengguncang Sumur, Pandeglang, Banten pada pukul 16.05 WIB.(PUSDALOPS BNPB via kompas.com)
Rumah rusak di Pandeglang akibat gempa M 6,7 yang mengguncang Sumur, Pandeglang, Banten pada pukul 16.05 WIB.(PUSDALOPS BNPB via kompas.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun