Mohon tunggu...
Max Webe
Max Webe Mohon Tunggu... Penulis - yesterday afternoon writer, working for my country, a reader, any views of my kompasiana are personal

"There is so much weariness and disappointment in travel that people have to open up – in railway trains, over a fire, on the decks of steamers, and in the palm courts of hotels on a rainy day. They have to pass the time somehow, and they can pass it only with themselves. Like the characters in Chekhov they have no reserves – you learn the most intimate secrets. You get an impression of a world peopled by eccentrics, of odd professions, almost incredible stupidities, and, to balance them, amazing endurances." — Graham Greene, The Lawless Roads (1939)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Usai Gempa Bumi, Lebih Baik Membangun Kembali atau Mundur?

14 Januari 2022   20:36 Diperbarui: 14 Januari 2022   20:54 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah rusak di Pandeglang akibat gempa M 6,7 yang mengguncang Sumur, Pandeglang, Banten pada pukul 16.05 WIB.(PUSDALOPS BNPB via kompas.com)

Indonesia berpotensi terjadi bencana akibat kondisi geografis, geologis, hidrologis dan demografisnya. Indonesia berada di pertemuan tiga lempeng tektonik yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Wilayah Indonesia dijuluki Ring of Fire sebab memiliki 129 gunung api aktif. 

Posisi Indonesia di wilayah tropis dengan bentuk negara kepulauan sehingga menghadapi potensi bencana alam. Bencana alam yang sering terjadi seperti hujan ekstrim, banjir, tanah longsor, kekeringan, angin puting beliung dan lainnya. Selain itu, Indonesia juga menghadapi bencana non alam seperti kebakaran hutan dan lahan, konflik sosial, potensi kegagalan teknologi dan lainnya. Untuk menghadapi berbagai ancaman tersebut, Pemerintah Indonesia berperan penting dalam membangun sistem penanggulangan bencana untuk menghadapi ancaman bencana.

Dikutip dari situs resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), setelah mengeluarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Jadi, Pemerintah Indonesia membentuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008. Latar belakangnya, untuk merespon sistem penanggulangan bencana saat itu, Pemerintah Indonesia sangat serius membangun legalisasi, lembaga maupun pendanaan.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan mitra lokalnya untuk mengelola bencana dan membangun sistem peringatan dini nasional. Masyarakat di seluruh negeri diinformasikan dengan langkah-langkah pencegahan dengan siswa dan penduduk desa melakukan latihan bencana masing-masing sekolah dan desa.

Bagaimana Indonesia bisa mengatasi kerentanannya terhadap gempa bumi?

Kita tahu bahwa Indonesia dapat meningkatkan responnya terhadap bencana alam yang terjadi dengan kesiapsiagaan tsunami. Sudah saatnya sistem darurat Indonesia mengatasi kerentanan wisatawan asing dan juga warga negaranya sendiri.

Dengan meningkatnya pariwisata di banyak daerah rawan gempa, langkah-langkah persiapan yang solid perlu dilakukan. Hotel yang rentan dan rumah yang rapuh dapat membahayakan masa depan pariwisata.

Gempa bumi tahun 1992 yang melanda pulau Flores menyebabkan 15.000 rumah runtuh di satu distrik saja. Butuh waktu hampir 20 tahun bagi pariwisata untuk pulih.

 Seringkali lebih mudah untuk menarik pendanaan internasional ke teknologi baru yang canggih untuk prediksi dan pemantauan bahaya -- misalnya, Inasafe yang didanai Australia , yang berpotensi membantu pemerintah mengembangkan skenario untuk kegiatan perencanaan, kesiapsiagaan, dan respons yang lebih baik, dan kegiatan yang didanai oleh Amerika Serikat Inaware, merupakan alat penanggulangan bencana yang bertujuan untuk meningkatkan penilaian risiko dan sistem peringatan dini Indonesia. 

Pada saat yang sama, tidak jelas bagaimana kemajuan teknologi ini akan membantu hotel kecil atau rumah penduduk di daerah rawan gempa. Yang benar-benar dibutuhkan masyarakat adalah membutuhkan bantuan untuk membangun struktur sesuai dengan aturan konstruksi yang benar, sehingga tidak menjadi jebakan maut saat gempa.

Ini menunjukkan masalah yang lebih dalam. Aturan bangunan tahan gempa sudah ada, tetapi pemerintah daerah saat ini menunjukkan sedikit keinginan untuk mematuhi Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Nongedung telah disahkan oleh Badan Standardisasi Nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun