Ribut-ribut sampah gara-gara publikasi penelitian Dr. Jenna Jambeck dari Universitas Georgia pada tahun 2015 segera mendapat respon pemerintah. Seolah tidak terima disebut sebagai negara penyumbang sampah plastik kedua terbesar di dunia setelah Cina, Indonesia bergerak.Â
Tahun 2016 kemudian menjadi tonggak bersejarah bagi Indonesia serius menghadapi sampah.
Keseriusan itu diwujudkan dengan ramai-ramai mengkampanyekan pengurangan penggunaan plastik sekali pakai (PSP). Bukan hanya pengurangan tapi juga sampai ke pembatasan dan pelarangan plastik sekali pakai. Tapi, hanya sebatas pada kantong plastik saja. Untuk PSP lainnya tidak ada tindakan.
Maka sejak itu juga munculah gerakan diet kantong plastik, anti sedotan plastik, minum pakai tumbler, dan sebagainya. Maka sejak itu pula muncul program kantong plastik tidak gratis (KPTG), penjualan tas belanja sponbound dan tas belanja kertas di retail-retail, marak penjualan sedotan dari bahan stainless atau bambu atau kertas, marak juga penjualan tumbler. Pasar baru terbuka atas nama ramah lingkungan.
Bukan hanya itu. Berbagai produk kemasan seperti kantong plastik, sedotan, gelas minum, botol minum, tempat makan, dan lain-lain mengklaim dirinya sebagai ramah lingkungan.Â
Ditambah lagi produsen-produsen produk kemasan atau produk lain yang sisa kemasannya (sampah) tercecer di lingkungan mengklaim sudah berusaha peduli lingkungan. Dengan cara menyumbang gerakan-gerakan yang berhubungan dengan lingkungan.
Sejak itu juga, gerakan-gerakan dan lembaga-lembaga terkait lingkungan dan sampah banyak berdiri. Selain karena memang punya kepedulian pada lingkungan, ada yang punya target cuan dari corporate social reponsibility (CSR) perusahaan-perusahaan polutan. Semakin hari kian banyak tapi program dan kegiatannya tak berujung pada keberlanjutan.
Selain itu, aplikasi-aplikasi daur ulang sampah juga bermunculan. Bahkan raksasa aplikasi ojek online (ojol) pun ikut masuk ke ceruk persampahan. Gojek dan Grab mencoba peruntungan di bisnis persampahan. Tapi akhirnya rontok. Setelah itu muncul aplikasi daur ulang sampah lain. Sampai sekarang ada yang masih bertahan dan ada juga yang sudah tak ada jejaknya.