Penundaan proyek tersebut kini telah menyebabkan konsekuensi keuangan yang parah bagi konsorsium Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC), yang terdiri dari perusahaan milik negara dari kedua belah pihak. Pihak Indonesia menguasai 60 persen saham.Â
Konsorsium Indonesia harus menanggung beban yang lebih besar karena menurut kontrak, biaya tambahan apa pun akan menjadi beban konsorsium, yang berarti Indonesia harus menanggung tanggung jawab keuangan yang lebih besar daripada mitra China. Pemerintah harus menyuntikkan uang segar ke perusahaan negara Indonesia, yang berarti anggaran negara akhirnya dihabiskan untuk proyek tersebut.
Proyek perkeretaapian ini semula diharapkan menjadi simbol hubungan erat dan saling menguntungkan antara Indonesia dan China. Presiden Jokowi bahkan sudah berencana mengundang Presiden Xi untuk menjajal layanan kereta api saat Indonesia menjadi tuan rumah KTT G20 tahun depan.Â
Kita yakin Presiden Jokowi akan mendapatkan win-win solution dari Presiden Xi demi hubungan bilateral kedua negara. China tidak akan membiarkan masalah ini mempengaruhi postur globalnya.
Atau, kita menanti kedua pemimpin negara ini kembali menggunakan sambungan telepon di tanggal yang sama, 11.