Mohon tunggu...
Max Webe
Max Webe Mohon Tunggu... Penulis - yesterday afternoon writer, working for my country, a reader, any views of my kompasiana are personal

"There is so much weariness and disappointment in travel that people have to open up – in railway trains, over a fire, on the decks of steamers, and in the palm courts of hotels on a rainy day. They have to pass the time somehow, and they can pass it only with themselves. Like the characters in Chekhov they have no reserves – you learn the most intimate secrets. You get an impression of a world peopled by eccentrics, of odd professions, almost incredible stupidities, and, to balance them, amazing endurances." — Graham Greene, The Lawless Roads (1939)

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Penting Tak Penting Wakil Menteri

25 Desember 2021   19:00 Diperbarui: 27 Desember 2021   00:45 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi membantu kerja Presiden. (sumber: KOMPAS)

Tentunya, reshuffle kabinet juga harus didefiniskan sebagai 'buying time' kesabaran publik yang ingin melihat performa pemerintah menjadi lebih baik. Reshuffle seyogyanya diberlakukan kepada mereka yang tidak perform dan bukan karena tekanan.

Sangat mudah untuk menjadi tidak sabar dengan Indonesia. Ketidaksabaran terhadap Indonesia sebagian merupakan konsekuensi dari potensinya yang luar biasa. 

Sumber dayanya yang melimpah, mulai dari mineral, pertanian hingga minyak, dapat menjadikan Indonesia sebagai pemasok premium bagi ekonomi Asia yang berkembang pesat, memegang janji besar sebagai pasar domestik yang dinamis. Namun, untuk mewujudkan potensi ini, diperlukan reformasi yang berani, dan para pembaharu harus menavigasi jalannya politik maupun sosial. 

Di samping ideologi dan ekonomi, struktur pemerintahan Indonesia yang sekarang telah terdevolusi, dengan kekuasaan yang tersebar di banyak yurisdiksi, dengan sendirinya menghambat kepemimpinan dari atas ke bawah. 

Jokowi, dalam karir politiknya yang singkat sebagai walikota daerah dan kemudian gubernur Jakarta, telah menjadi penerima manfaat dari devolusi ini. Saat ini, ia harus memanfaatkannya dengan cara yang berbeda.  

Jika Jokowi berhasil mendorong reformasi ekonomi yang mendalam di masa jabatan keduanya seperti yang dijanjikan, maka cara dia membentuk kabinetnya suatu hari nanti akan terlihat menginspirasi dan berani. Namun, jika dia gagal memenuhi janji reformasinya, penunjukan kabinet yang sama ini akan dinilai sebagai upaya sia-sia untuk menenangkan oposisi.

Jokowi telah mengambil beberapa risiko dalam membentuk kabinetnya. Jadi apa hambatan utama yang menghambat Indonesia? Tersangka yang biasa dikenal. Infrastruktur, regulasi, dan birokrasi semuanya menghalangi lingkungan bisnis. 

Subsidi mendistorsi sinyal harga dan perlu dikurangi, jika tidak dihilangkan. Investasi asing perlu lebih disambut. 

Pekerjaan tidak tetap di sektor informal harus diatur untuk menciptakan lebih banyak pekerjaan di sektor formal, dan itu membutuhkan pendidikan berkualitas lebih tinggi dan lulusan yang lebih terampil. 

Peraturan pasar tenaga kerja, dengan biaya pemecatan yang tinggi, merupakan penghalang bagi penciptaan lapangan kerja dan perlu diubah. 

Kepastian kebijakan yang lebih besar pada gilirannya akan mendorong investasi sektor swasta di bidang infrastruktur, terutama dalam kemitraan dengan pemerintah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun