Mohon tunggu...
Max Webe
Max Webe Mohon Tunggu... Penulis - yesterday afternoon writer, working for my country, a reader, any views of my kompasiana are personal

"There is so much weariness and disappointment in travel that people have to open up – in railway trains, over a fire, on the decks of steamers, and in the palm courts of hotels on a rainy day. They have to pass the time somehow, and they can pass it only with themselves. Like the characters in Chekhov they have no reserves – you learn the most intimate secrets. You get an impression of a world peopled by eccentrics, of odd professions, almost incredible stupidities, and, to balance them, amazing endurances." — Graham Greene, The Lawless Roads (1939)

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Penting Tak Penting Wakil Menteri

25 Desember 2021   19:00 Diperbarui: 27 Desember 2021   00:45 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi membantu kerja Presiden. (sumber: KOMPAS)

Namun, hak prerogatif presiden tidak dapat dimaknai bebas lepas sepenuhnya kewenangan presiden. 

Pasalnya terdapat rasionalisasi demokrasi, moralitas publik di dalamnya yang harus dicermati sebelum menggunakan hak istimewanya tersebut. 

Jika Presiden Jokowi mengangkat Wakil Menteri dalam rangka menangani beban kerja Kementerian yang semakin berat dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintah, dan struktur yang baru dibentuk tersebut (Wakil Menteri) memiliki fungsi yang sangat urgent, maka tidak akan ada persoalan. 

Namun, jika unit organisasi yang baru dibentuk kurang memiliki relevansi dan urgensitas peranan, maka akan menjadi beban yang akan menyedot anggaran organisasi. 

Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera melemparkan kritik kepada Presiden Jokowi soal penambahan jabatan Wakil Menteri Sosial (Wamensos).

Adakah Jokowi mempraktikkan politik akomodasi?

Secara politik, Pasal 17 UUD NRI 1945 jika dibaca bersamaan dengan Pasal 6A ayat (2) UUD 1945, pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum. Sehingga menjadi wajar, kewajiban Presiden mengakomodasi kepentingan partai secara proporsional dan profesional. 

Pengangkatan wamen merupakan bagian dari praktik politik akomodasi. Bukan hanya berbentuk pada pemberian kursi wamen bagi politisi. Tidak sedikit pula kalangan profesional di Kabinet Indonesia Maju memiliki kontribusi pada kemenangan Jokowi di Pemilu maupun dekat dengan parpol. 

Akibatnya, struktur kabinet justru semakin gemuk, bertentangan dengan niat Jokowi yang sebelumnya ingin merampingkan kabinet usai dilantik sebagai Presiden periode 2019-2024 pada Oktober 2019 lalu.

Sah-sah saja, Kabinet Indonesia Maju disebut kebijakan politik akomodatif Presiden, hal yang wajar dan bukan kesalahan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun