Mohon tunggu...
Dede Rusmana
Dede Rusmana Mohon Tunggu... Penulis - Sedang belajar menulis.

Satu dari 250 juta manusia yang diberi kesempatan hidup. Suka menulis di berbagai platform. Penggemar Harry Potter dan Taylor Swift. penaku28@gmail.com 📧

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ringga: #1 Alam adalah Lagu

15 November 2017   10:23 Diperbarui: 15 November 2017   10:36 1074
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sementara hujan semakin besar. Perempuan itu terlihat mencari-cari sesuatu di dalam tasnya. Perempuan itu terlihat mengeluarkan sebuah benda, yang masih dapat Ringga lihat kalau itu adalah sebuah handphone dan earphone.

Semua orang pernah melakukan itu entah saat bahagia, marah, atau sedih. Saat seseorang butuh sebuah lagu yang mampu menggambarkan perasaannya.

Suatu hari Ringga pernah tidak menemukan satupun lagu yang mampu mengerti keadaannya. Alhasil, dia menyerah. Lalu berteriak ke danau dan melempar bebatuan kecil. 

"Apa perempuan itu tidak menemukan lagunya?" tanya Ringga dalam hati saat melihat jari-jari perempuan itu gelisah menyentuh handphone. "Hei, kau bisa buang itu!"

Perempuan itu diam lagi menatap air danau yang diserbu air hujan. Sepertinya perempuan itu menemukan lagunya. Ringga membiarkannya tapi masih mengawasi. Karena sosok di depannya adalah perempuan, taman ini sangat sepi dan sekarang adalah sore yang gelap. Bagaimana kalau perempuan itu berniat melakukan sesuatu yang buruk?

Ringga melihat perempuan itu melepaskan earphone dari telinganya. Ringga tahu, perempuan itu sedang kacau suasana hatinya. Saat tidak tahu harus melakukan apa, selain diam. Saat tidak mampu untuk marah. 

Ringga ingin menghampiri perempuan di depannya. Tapi itu tidak mungkin.

"Hei, kau bisa buang itu!" ucap Ringga dalam hati.  "Buang rasa sakitmu."lanjutnya.

Perempuan itu diam lagi menatap hujan yang semakin deras. Lalu memejamkan matanya. 

"Nah, begitu. Kau bisa!" ucap Ringga lagi. Masih dalam hati.

Ringga melihat air mata lolos dari mata perempuan itu. Sangat deras. Sederas hujan di taman kota sore ini. Perempuan itu membiarkan hujan jatuh di kedua telapak tangannya. Seolah dia sedang berbicara kepadanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun