Mohon tunggu...
Wawan Ridwan AS
Wawan Ridwan AS Mohon Tunggu... Penacinta

Konsep, Sikap, Action menuju Good Respect.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Batu Kerikil Sungai Kecil

14 Oktober 2025   20:16 Diperbarui: 15 Oktober 2025   14:34 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Batu Kerikil Sungai Kecil. | Ilustrasi: Gemini

"Ketika cinta terbesar sebuah mimpi tulus seorang kekasih, dihancurkan oleh arogansi yang menagatsnamakan cinta,  namun malah membunuh. Sebuah gugatan bagi nurani pada logika dan hati"

Aku bercumbu dengan mimpi
merayu pada waktu
negeri seberang kulintas batas
akal sehat kukelabui
hanya demi cinta
yang belum tentu kau balas

Kini pestaku hancur terpental
gagal oleh arogansi janjimu
tiada hidangan lezat kau sajikan
mengenas...!
mengiris...!
memalukan perjamuan!
membunuh cinta setiaku...

Siapa sesungguhnya dirimu?
siapa mengutus dirimu?
menaruh menu tiada bergizi
menuang anggur memabukkan
kau pergi tiada maaf
meski aku tidak perlu itu

Apakah kau permainkan cintaku?
menjerumuskan rasa pada pertaruhan,
memainkan tarian bunga tulip,
mengiris kejam menikam,
membunuh arti penantian...?

Mana batu cincin yang kau janjikan?
dimana tukang batu muliaku?
kau rayu aku dengan batu kerikil sungai kecil,
sebuah penghinaan besar untukku
mempernainkan rasa,
mengkhianati nurani.

Inilah kisah tragis cintaku
dari kekasih sepanjang hati,
bukan tangis perpisahan
bukan rasa penghianatan
namun...
kau tak layak untukku.

Jika kau merayu cintaku lain waktu,
hanya satu pintaku,
pantaskan dirimu..!

Sesungguhnya,
aku tiada peduli
cincin permata,
atau batu kerikil sekalipun,
aku hanya ingin...
kejujuran cinta setiamu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun