Kapan terakhir kali anda benar-benar jujur pada seseorang, seberapa besar anda benar-benar jujur? pada pasangan, sahabat terdekat, atau siapapau yang dipercaya.
Saat ini banyak sekali individu yang berbicara pada sebuah entitas digital yang tidak memiliki ikatan emosional: kecerdasan buatan (AI). Manusia berkeluh kesah tentang burnout, kecemasan, hingga krisis eksistensial diri, AI memberikan balasan yang terasa logis, non-judgmental, dan cepat.
Yang menjadi anomali adalah bahwa kita adalah makhluk sosial yang mendambakan komunikasi dua arah yang otentik, namun justru menjadikan AI sebagai referensi. Fenomena ini adalah indikasi bahwa kita lebih memilih menghindari kerentanan daripada berani menghadapi tantangan untuk mencari jawaban empiris dari sesama manusia.
Di tengah merebaknya fasilitas digital dan mahalnya akses psikolog klinis, banyak manusia di seluruh dunia kini menjadikan AI seperti chatbot atau Large Language Models, sebagai pendengar rahasia dan setia.
Fenomena ini melahirkan pertanyaan, apakah solusi tercepat adalah solusi terbaik? mampukah mesin tanpa hati ini benar-benar membantu secara emosional pada jiwa manusia, sehatkah ini?
Mengapa Kita Curhat pada AI?
Pergeseran manusia dari ruang terapi ke kotak chat AI bukanlah sebuah kebetulan, melainkan cerminan dari kegagalan sistem lama yang berakar pada tiga hal:
a. Aksesibilitas dan biaya, di Indonesia, biaya konsultasi profesional masih dianggap mahal dan tidak terjangkau oleh sebagian besar populasi, terutama Gen Z yang paling rentan terhadap isu mental.
b. AI menawarkan layanan always-on dan gratis, tidak ada jadwal, tidak ada biaya, dan yang terpenting, tidak ada tatap muka yang menciptakan kecanggungan atau rasa malu.
c. Stigma Sosial mengenai penyakit mental masih tinggi. Seseorang yang mencari bantuan profesional seringkali dicap "lemah" atau "bermasalah."
AI menyediakan anonimitas sempurna sehingga manusia berani terbuka. Pengguna dapat mengungkapkan trauma atau pikiran tergelamnya tanpa takut dihakimi oleh lingkungan sosial atau rekan kerja. AI menjadi 'Terapis Proxy' yang aman.