Mengandalkan AI berisiko menciptakan ketergantungan pada suara yang steril, mengabaikan kebutuhan otak kita akan hubungan sosial yang hangat dan nyata.
Risiko Isolasi dan Pelarian
AI memungkinkan pengguna untuk menarik diri sepenuhnya dari interaksi sosial yang menantang. Padahal, mengatasi trauma dan kecemasan seringkali membutuhkan latihan untuk menghadapi situasi sosial yang sulit.
Jika seseorang terus berkeluh kesah kepada AI, ia akan kehilangan kesempatan berharga untuk membangun keterampilan komunikasi interpersonal dan mendapatkan dukungan alami dari lingkaran sosialnya. AI berisiko menjadi 'kotak pelarian' yang justru memperburuk isolasi dan menghambat perkembangan mental.
AI Tak Mampu Mengganti Pengalaman Empirik
Inersia Pertumbuhan Diri
Keputusan untuk berkeluh kesah pada AI sebenarnya dapat dijelaskan melalui hukum fisika yang diterapkan secara psikologis.
Pertama, inersia psikologis: manusia cenderung menolak usaha masif yang diperlukan untuk pertumbuhan emosional (fighting against reality), menjadikan AI sebagai jalur least resistance.
Kedua, viskositas komunikasi: interaksi manusia-ke-manusia memiliki gesekan internal tinggi, risiko penilaian, kerentanan, dan kesulitan emosional.
AI menawarkan lingkungan viskositas nol yang memungkinkan komunikasi mengalir tanpa gesekan, sehingga kita mengorbankan pematangan diri demi kenyamanan berinteraksi tanpa risiko.
Pengalaman Empirik dan Kematangan Emosional