Mohon tunggu...
Wawan Ridwan AS
Wawan Ridwan AS Mohon Tunggu... Penacinta

Konsep, Sikap, Action menuju Good Respect.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Siluet Harmoni Dua Cinta dalam Janji Surga

8 Agustus 2025   13:54 Diperbarui: 8 Agustus 2025   13:58 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siluet Harmoni Dua Cinta dalam Janji Surga. | Ilustrasi: Gemini

Ada kalanya cinta hadir dalam bentuk yang tidak sempurna, terbagi dua hati. Sebuah melodi yang ingin dinyanyikan, namun seringkali irama itu sulit didengar.

Mawar merajut sepi di ujung senja, mengikatnya dengan benang doa.
Sementara di seberang kamar, Melati melipat rindu dalam lipatan sajadah.

Mereka berdua berbagi cinta sang Bayu, satu rumah dua jendela, disinari cahaya yang sama.
Bukankah cinta seharusnya satu?

Bayu membawa pelangi yang terbagi rata. Senyum untuk Mawar, peluk untuk Melati.
Ia berjalan di atas tali tipis keadilan, berusaha agar langkahnya tak timpang.
Bukankah kebahagiaan sejati seharusnya hanya engkau dan aku?

Bayu ingin menjadi simfoni surga keduanya,
namun mengapa irama yang terdengar seringkali bak melodi yang sulit dimainkan?

Dalam relung hati mereka, pertanyaan itu selalu mengusik.
Apakah harmoni ini memang ada, atau hanya siluet yang tercipta dalam lelahnya pengorbanan?

Mereka adalah dua ladang subur kehidupan untuk satu benih yang sama,
namun selalu ada ruang kosong yang tak pernah bisa terisi.
Ruang yang dulu diisi janji-janji suci.

Di mana letak keindahan dari sebuah janji surga ini?
Apakah yang satu mekar lainnya layu?
Ataukah mereka layu keduanya, atau pula mekar dalam kebahagiaan?
Adakah yang benar-benar merasakan kehangatan api yang dinyalakan dari dua tungku berbeda?

Ada takdir yang harus mereka terima, sebuah jalan dari Tuhan, namun penuh tantangan bagi manusia.
Harmoni dua cinta dalam jalan suci, menuntut pengorbanan terindah, jalan lain menuju taman firdaus.

Pertanyaan-pertanyaan akan selalu hadir menunggu sebuah jawaban,
atau mungkin pula...
menunggu sebuah akhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun