Mencari Jalan Perdamaian: Pemikiran Kemanusiaan Gandhi di Tengah Konflik Global

4. Hartal, bentuk protes massal yang melibatkan pemogokan umum dan penutupan total semua aktivitas ekonomi, perkantoran, dan bisnis, mirip dengan mogok kerja namun dengan cakupan yang lebih luas.

Ini merupakan bentuk pembangkangan sipil tanpa kekerasan yang bertujuan untuk menarik perhatian pemerintah atau pihak berwenang terhadap suatu ketidakadilan atau tuntutan.

Gandhi menggunakan hartal sebagai cara untuk menunjukkan kekuatan persatuan rakyat dan mendesak perubahan melalui tekanan ekonomi dan sosial, bukan dengan kekerasan fisik.

Dampak kemanusiaan akibat perang (Foto: Indonesia.sri.cn)

Krisis Kemanusiaan dalam Konflik Timur Tengah Saat Ini

Konflik antara Iran dan Israel, yang melibatkan pula Palestina, negara Timur Tengah dan kekuatan global lainnya, merupakan salah satu potret buram dinamika konflik saat ini yang berpotensi mengancam kemanusiaan.

Eskalasi ketegangan, serangan balasan, dan retorika saling ancam tidak hanya mempertajam konflik, tetapi juga menciptakan krisis kemanusiaan yang mendalam bagi populasi sipil.

Baik fihak Iran maupun Israel sama-sama memakan korban nyawa. Keterlibatan kekuatan eksternal sering kali malah memperumit situasi, menambah lapisan kepentingan politik dan strategis yang semakin menjauhkan potensi solusi damai.

Dari kacamata kemanusiaan Gandhi, konflik ini adalah cerminan dari kegagalan kolektif untuk mengedepankan dialog, empati, dan solusi tanpa kekerasan.

Mencari Jalan Perdamaian

Prinsip ahimsa mengecam segala bentuk kekerasan fisik verbal yang merendahkan martabat manusia. Satyagraha menekankan pentingnya melawan ketidakadilan bukan dengan kekerasan, melainkan dengan kekuatan kebenaran dan keyakinan yang teguh.

Dalam konteks konflik Timur Tengah ini, bentuk solusi perdamaian kemanusiaan dapat berupa deeskalasi melalui negosiasi tanpa prasyarat apapun, fokus pada kemanusiaan tanpa memandang afiliasi politik, alasan apapun perang adalah kehancuran kemanusiaan. Membangun jembatan komunikasi non militerisme, karena masyarakat sipil sering kali menjadi korban utama dari eskalasi politik.