Kuliah sambil bekerja, bagi sebagian mahasiswa atau umum kombinasi ini terdengar seperti resep menuju burnout, sebuah beban ganda yang menguras waktu dan tenaga. Namun, di era kompetisi yang kian ketat saat ini, tak sedikit pula yang memilih jalur ini, bukan hanya karena tuntutan ekonomi, melainkan juga demi sebuah visi jauh ke depan.
Mereka melihatnya sebagai peluang emas, tidak hanya mendapatkan gelar sarjana, namun juga memiliki pengalaman praktikal serta membangun jaringan profesional sejak dini.
Dengan manajemen yang tepat, kita bisa membangun karier mapan lebih cepat, bahkan sebelum toga itu tersemat, mengubah tantangan menjadi keunggulan kompetitif yang tak ternilai.
Sebuah Anugerah Dapat Bekerja Sejak Usia Muda
Memulai perjalanan karier di usia muda merupakan sebuah anugerah besar yang membuka gerbang ke berbagai keuntungan signifikan. Data dari berbagai studi, termasuk laporan dari LinkedIn 2022, menunjukkan bahwa lulusan yang memiliki pengalaman kerja paruh waktu atau magang selama kuliah cenderung lebih cepat mendapatkan pekerjaan penuh waktu setelah lulus dan memiliki pendapatan awal yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak memiliki pengalaman tersebut.
Lebih dari sekadar finansial semata, pengalaman bekerja sejak dini juga memupuk keterampilan nonteknis (soft skills) seperti disiplin, tanggung jawab, manajemen waktu, dan kemampuan beradaptasi sebagai aset krusial yang tidak diajarkan di bangku kuliah.
Ini bukan hanya tentang menimbun portofolio dan pendapatan, namun juga membangun fondasi karakter dan profesionalisme yang kokoh, mengubah potensi menjadi pencapaian nyata di kemudian hari, learning by practice ( kerja sambal belajar ) sangat dianjurkan.
Belajar Pengembangan Diri dan Investasi Jangka Panjang
Belajar bukan hanya proses menambah ilmu, namun juga pertumbuhan pribadi berkelanjutan. Setiap pengetahuan atau keterampilan baru yang kita serap adalah bentuk investasi masa depan yang tak ternilai.
Dengan terus belajar melalui perkuliahan dan pekerjaan, kita mengembangkan potensi diri, meningkatkan kapasitas, dan membuka pintu pada peluang baru yang akan membentuk kesuksesan dan kesejahteraan kita di kemudian hari.
Seorang karyawan pembelajar juga akan memperoleh hasil yang berlipat seperti mendapatkan relasi dan menambah pengetahuan mengenai bidang yang digeluti secara lebih mendalam, mengembangkan intelektualitas dan critical thingking serta ijazah yang bermanfaat untuk mengisi posisi karir yang lebih tinggi dengan gaji lebih besar tentunya dibandingkan level pendidikan sebelumnya.
Ketika Tugas Kantor Beradu dengan Deadline Kampus
Situasi ini adalah realitas umum bagi banyak mahasiswa yang sambil bekerja. Saat tugas pekerjaan menumpuk dan menuntut perhatian penuh, di sisi lain, tenggat waktu tugas kuliah atau persiapan ujian juga sudah di depan mata.
Konflik ini sering kali menimbulkan tekanan luar biasa, memicu stres, kelelahan, bahkan risiko burnout. Waktu yang terbatas memaksa pemilihan prioritas yang sulit, sering kali mengorbankan kualitas salah satu sisi atau bahkan keduanya, jika tanpa manajemen yang strategis. Ini adalah medan pertempuran harian di mana efisiensi dan ketahanan mental menjadi kunci utama.
Memiliki Kemauan Yang Kuat saja tidak cukup, butuh Manajemen !
Bekerja sambil kuliah sungguh tidak mudah. Saya sendiripun pernah mengalami kondisi ini Apalagi jika seorang karyawan sudah memiliki keluarga yang membutuhkan perhatian dan biaya. Diperlukan kemauan yang kuat (strong desire). Â
Kunci sukses menyelesaikan studi sambil bekerja adalah kemauan yang kuat untuk sukses dalam pekerjaan dan kuliah sekaligus. Sungguh tidak mudah mengawinkan keduanya namun juga bukan mustahil karena sudah terbukti sudah banyak yang sukses melakukannya, pastikan niat kuat untuk selesai tepat waktu.
Imam Syafi'i memberikan nasehat bagi para penuntut ilmu. kecerdasan, semangat, sungguh-sungguh, berkecukupan, bersahabat (belajar) dengan ustadz atau guru, membutuhkan waktu yang lama (proses).
Studi Usroh juga menunjukkan bahwa mahasiswa yang terbiasa mengatasi kompleksitas masalah dan kemampuan untuk bertahan (resilience), seperti kerja sambil kuliah atau kerja shift sambil kuliah akan memiliki resiliensi yang cukup baik jika dilihat dari tujuh aspek resiliensi, meskipun hanya beberapa aspek yang baru terpenuhi.
Reseliensi Diri Menghadapi Tekanan
Menurut Reivich dan Shatte ada tujuh aspek resiliensi.
1. Regulasi emosi, kemampuan untuk tetap tenang di bawah kondisi yang menekan.
2. Pengendalian implus, kemampuan individu dalam mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan, serta tekanan yang muncul dari dalam diri seseorang.
3. Optimis, individu percaya semua hal dapat berubah lebih baik serta memiliki harapan terhadap masa depan dan dapat mengontrol arah hidupnya.
4. Analisis penyebab, kemampuan individu dalam mengidentifikasi penyebab permasalahan individu secara akurat.
5. Empati, kemampuan individu dapat memahami perasaan, membaca tanda-tanda kondisi emosional dan psikologis orang lain.
6. Efikasi diri, individu percaya bahwa dapatmengatasi permasalahan-permasalahan yang mungkin akan dialami dan mempercayai kemampuan untuk sukses.
7. Pencapian aspek positif, kemampuan individu meraih aspek positif dari kehidupan setelah kemalangan menimpa.
Apabila resiliensi dalam diri individu meningkat, maka akan mampu mengatasi berbagai permasalahan, meningkatkan potensi-potensi diri, penuh percaya diri, mempertahankan perasaan positif terhadap segala sesuatu dan kegagalan yang dialami, Â kematangan emosi, mengembangkan rasa empati dan lebih dapat berinteraksi sosial dengan baik, menghargai dirinya dan melihat hal-hal positif yang dapat dilakukan demi keberhasialn di masa yang akan datang.
Hal ini juga dipengaruhi oleh bagaimana seorang mahasiswa memiliki sudut pandang pada sebuah permasalahan. Keterampilan self management, resiliasi dan self efficacy diri yang tinggi tentu perlu dimiliki disamping self motivation dan kecerdasan ketekunan tentunya.
Kiat Kuliah Sambil Bekerja untuk Membangun Karier Mapan Lebih Cepat
1. Memahami Peraturan Kampus dan Kantor
Memahami secara mendalam setiap peraturan dan kebijakan baik dari kampus maupun tempat kerja. Kenali kalender akademik, jadwal penting, batas toleransi absensi, hingga prosedur cuti atau izin di kantor.
Pengetahuan ini memungkinkan kita menyusun strategi yang tidak melanggar aturan dan dapat menghindari bentrokan jadwal atau masalah administratif di kemudian hari, memastikan langkah selalu berada di jalur yang benar.
2. Buat Peta Jalan dari Tujuan Akhir
Sebelum memulai, tentukan tujuan akhir yang jelas, baik itu kelulusan dengan IPK tertentu atau pencapaian karier spesifik dalam pekerjaan kita. Kemudian buatlah perencanaan mundur (backward planning).
Bagi tujuan besar tersebut menjadi target-target kecil yang realistis dan terukur, baik bulanan, mingguan, bahkan harian. Perencanaan ini akan menjadi panduan, memastikan setiap langkah yang diambil sselaras dengan sasaran jangka panjang, sehingga perjalanan lebih terarah dan efisien.
3. Manajemen Waktu
Waktu adalah aset paling berharga. Terapkan strategi manajemen waktu yang ketat dan disiplin, seperti teknik time blocking, skala prioritas (misalnya Matriks Eisenhower), atau metode Pomodoro.
Buat jadwal harian yang mendetail, alokasikan waktu khusus untuk belajar, bekerja, istirahat, dan aktivitas pribadi. Hindari penundaan (prokrastinasi) sebisa mungkin.
Dengan mengelola waktu secara efektif, kita akan menemukan bahwa 24 jam sehari sebenarnya lebih dari cukup untuk menyeimbangkan kedua peran penting ini.
4. Memiliki Dukungan Eksternal
Kita tidak harus berjuang sendiri. Memiliki tim pendukung (team work) adalah krusial, baik di kampus maupun di kantor. Di kampus, jalin hubungan baik dengan teman sekelas dan dosen; bentuk kelompok belajar yang solid.
Di kantor, bangun komunikasi yang efektif dengan rekan kerja dan atasan. Dengan saling mendukung dan berbagi beban, kita bisa mengatasi kesulitan bersama, mendapatkan bantuan saat dibutuhkan, dan bahkan mendelegasikan tugas kecil yang memungkinkan kita bisa fokus pada hal yang lebih besar.
5. Strategi Belajar Cerdas
Mengingat waktu yang terbatas, belajar cerdas jauh lebih penting daripada belajar keras tanpa arah. Identifikasi gaya belajar kita, fokus pada materi esensial, gunakan teknik membaca cepat, dan manfaatkan sumber daya daring. Prioritaskan pemahaman konsep inti daripada menghafal semata.
6. Ujian
Periode ujian adalah masa krusial yang membutuhkan persiapan ekstra. Susun jadwal belajar khusus jauh hari sebelum ujian, prioritaskan materi yang memiliki bobot nilai tinggi atau yang paling Anda anggap sulit. Manfaatkan catatan kuliah, ringkasan materi, dan latihan soal.
7. Jaga Kesehatan Fisik dan Mental
Di tengah padatnya aktivitas, kesehatan fisik dan mental adalah pondasi utama yang tak boleh diabaikan. Pastikan Anda mendapatkan tidur yang cukup, mengonsumsi makanan bergizi, dan rutin berolahraga.
Luangkan waktu untuk hobi atau aktivitas yang dinikmati sebagai sarana relaksasi dan pelepasan stres. Menjaga keseimbangan ini akan memastikan energi Anda tetap prima, fokus terjaga, dan Anda terhindar dari burnout yang bisa menghambat progres belajar dan bekerja.
8. Skripsi dan Tugas Akhir
Tahap penyusunan skripsi atau tugas akhir adalah puncak tantangan akademis kita. Mulailah riset dan perencanaan jauh sebelum jadwal yang ditentukan. Komunikasikan secara intensif dengan dosen pembimbing, manfaatkan setiap masukan yang diberikan.
Alokasikan waktu khusus yang tidak dapat diganggu gugat untuk fokus pada penulisan dan revisi.Â
Dengan perencanaan matang dan disiplin tinggi, tahap krusial ini dapat diselesaikan dengan sukses, membuka jalan bagi kita untuk meraih gelar pendidikan yang diimpikan.
Ref: Dingot hamonangan Ismail, 2022
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI