Mohon tunggu...
Wawan Ridwan AS
Wawan Ridwan AS Mohon Tunggu... Penacinta

Konsep, Sikap, Action menuju Good Respect.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Job Hopping Milenial: Agar Tidak Blunder, Kapan Momen Tepat untuk Pindah?

1 Mei 2025   13:33 Diperbarui: 1 Mei 2025   13:49 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Job Hopping Milenial: Agar Tidak Blunder, Kapan Momen Tepat untuk Pindah? (Sumber: Freepic)

"Memperingati Hari Buruh Internasional pada 1 Mei ini, kita telaah prospek karier buruh milenial di tengah dinamika dunia kerja yang terus berubah. Job Hopping jadi salah satu topik menarik untuk diulas"

Bagi generasi milenial yang mendominasi angkatan kerja saat ini, fenomena job hopping atau berpindah-pindah pekerjaan dalam kurun waktu yang relatif singkat seringkali dianggap sebagai bagian dari dinamika karir. 

Semangat untuk mencari tantangan baru, mengejar gaji yang lebih tinggi, atau menemukan lingkungan kerja yang lebih sesuai menjadi pendorong utama. Namun, di tengah euforia eksplorasi karir, pertanyaan mendasar yang perlu dijawab adalah: kapan sebenarnya momen yang tepat bagi seorang milenial untuk memutuskan pindah kerja agar tidak menjadi blunder dalam kariernya?

Job hopping diartikan sebagai seseorang yang ingin ataupun cenderung untuk pindah pekerjaan dengan sukarela pada rentang waktu di bawah dua tahun (Pranaya 2014). Pasieka menyatakan bahwa generasi ini mempunyai komitmen yang rendah, yang menjadikan   mereka hanya karena ditekan sedikit saja bisa dengan mudah mengambil keputusan untuk berpindah pekerjaan (Hannus, 2016).  

Dinamika Karier Milenial

Dalam survei yang dilakukan oleh Career Builder yang dikutip oleh Forbes pada 2017, sekitar 45% karyawan baru yang lulus dari perguruan tinggi mengatakan mereka tidak bisa bertahan pada sebuah perusahaan lebih dari dua tahun. Hal ini memperkuat bahwa generasi ini memilki kebiasaan berpindah-pindah tempat kerja (Okezone  2019), kebiasan berpindah--pindah kerja itu disebut dengan Job hopper.

Dari sebuah lembaga telivisi berita CNN Indonesia, menurut salah satu survei yang dilaksanakan pula oleh job street yang merupakan sebuah situs penyedia informasi peluang kerja, generasi ini sangatlah memberikan perhatian pada benefit apakah  yang bisa ia dapatkan dari sebuah pekerjaan pada perusahaan misalnya, pada kenyamanan bekerja serta fasilitas yang disediakan  oleh perusahaan (Priherdityo 2022).

Generasi milenial dinilai kurang loyal terhadap perusahaan, mempengaruhi keinginan mereka untuk keluar, dan generasi milenial ini haus akan segala jenis pengetahuan, berorientasi pada pengembangan diri, dan ingin terus mengembangkan pengetahuannya di dunia kerja (Putridwikinasih, 2019).

Berdasarkan beberapa refrensi dan pengalaman saya dibeberapa bidang kerja, ada beberapa dampak yang bisa dipertimbangkan untuk memutuskan job hopping.

Dampak Negatif Job Hopping

1. Merusak Reputasi/Image Diri di Mata Perusahaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun