Kala Senja di Sydney, lukisan jingga kanvasnya langit
Menyaksikan drama tragis, sandiwara pahit.
Di bawah bayang opera bola megah bertandang
Seorang lelaki kalah perang, tiada harga diri
Kala senja di Sydney, langit merah darah
Meninggalkan luka tak berdarah
Sang bintang harapan gagal bersinar terang
Menangis bak anak kecil dilindas permainan
Sang nahkoda, karamnya di lautan hijau
Dihantam serangan kanguru, tersungkur tiada ampun
Strategi maestro, kosong hampa tak bermakna
Garuda tersungkur, patah sayap, terhempas terkulai
Aku tahu ini bukan membalik tangan
Namun luka terlalu dalam
Bola liar tak terkendali menyergap diri
Meremukkan kokohnya benteng diri
Semangat juang berpendar gemetar tak berdaya
Aku menangis tanpa air mata
Menghancurkan impian dan harapanku
Laksana ombak menghantam tanjung harapan
Hai kamu, iya kamu!
Apa yang terjadi padamu?
Apakah kamu terlalu percaya diri,
Atau tiada amunisi kau miliki?
Kamu yang dulu aku banggakan, aku kenang
Seolah tiada daya saat berperang
Senja Sydney saksi bisu, luka tiada termaafkan
Janji ingkari, harapan hampa, kecewa mendalam
Sang lelaki pulang tertunduk lesu
Tiada berharap sambutan nyanyian kelukaan
Hanya satu lagi kesempatanmu
Agar dosamu termaafkan olehku
Menangkan itu, raih itu, bawakan padaku
Agar harapan ini tetap menyala
Andai hari esok kau mengulang kesalahan ini
Jangan kau lukai lagi kedua kali
Kata atau daya atas luka ini
Aku sudah tidak lagi memiliki
Kau sendiri yang menentukan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI