matahari menantang
aspal membakar
langkah kaki berderap
hari-hari berlalu
tak pernah berhenti
mencari pintu tak terkunci
harapan di tiap helai
keinginan dijinjing
kesempatan berhimpit
impian bersembunyi
angan berterbangan
seragam kerja menari
mesin bernyanyi
helaian rupiah menyapa
si jelita merayu
asa bergelora
pintu demi pintu
diketuk dengan sabar
menjual mimpi dan bakat
demi hidup bermartabat
berulang kali aku pergi
berkencan dengan para satpam
ribuan rayuan kutumpahkan
ingin bertemu tuan pekerjaan
tiada satu merayu
si pengharap terhenyak
tatkala ada pintu lain bergerak
memberi masuk sang mahkota
ijazah seolah tiada berguna
senja meredup
langit kelam
aku lunglai
nafas tiada lagi bergerak
kertas lusuh berpeluh
perjalanan panjang belum usai
harapan terus diayunkan
keringat menetes deras
kemeja putih lusuh
aku tetap bersikeras
Tuhan, dimanakah engkau
aku hambamu
apakah aku memang tak layak
mendapat kehidupan-Mu
ataukah memang
harus menunjukkan kriteria-Mu
esok pagi
akan kulanjutkan langkah
saatnya pergi lagi
mewujudkan mimpi
malam ini akan kutiduri
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI