Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pengakuan (Bagian Dua)

25 November 2020   11:21 Diperbarui: 26 November 2020   12:32 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Ibolya Toldi dari Pexels

Bagian dua

<< Sebelumnya

Rani termenung, saat mengetahui semua sandiwara di balik sandiwara kehidupan rumah tangganya dengan lelaki brengsek yang telah memberinya dua orang anak itu. Pantas saja, waktu Rani berusaha hendak melaporkan pelecehan seksual yang di alaminya, mantan suaminya itu  selalu berusaha untuk mencegahnya dengan berbagai alasan, Rani tau  mantan suaminya itu tidak ingin semua orang tau, aib yang telah menodai kehidupan rumah tangga mereka.

Hingga sekian waktu berlalu dan sudah tidak terhitung lagi berapa orang Pria yang sudah merasakan kehangatan tubuhnya, dan semua itu dia lakukan di bawah tekanan dan ancaman, mereka selalu mengancam akan membeberkan kisah kelam hidupnya kepada anak-anak dan keluarga besarnya.

Bagi keluarga besar Rani, nama baik keluarga adalah yang paling utama, sehingga dari dulu mereka selalu memaksa Rani untuk terus bertahan, dengan tetap menjalani kehidupan rumah tangga antara dirinya dengan lelaki pengecut yang ternyata telah menyerahkan dirinya, kepada teman-temannya di luar sepengetahuan dirinya.

Sekian lama Rani hidup di dalam tekanan dan ketidakberdayaan dan malam ini dia mengatakan, bahwa dia ingin menghabisi mereka semua yang telah merusak kehidupannya.

"Kenapa engkau ingin melakukan itu?" tanyaku pelan sambil menatap lurus kedua matanya.

"Mas! Aku ingin membunuh mereka semua, dan itu akan aku lakukan demi cintaku padamu, aku tidak mau Mas merasa sedih lagi mendengarkan perkataan mereka yang selalu mengatakan, bahwa aku hanyalah sisa-sisa mereka kepadamu."

"Aku tidak perduli dengan semua omongan mereka tentangmu dan aku telah meyakinkan diriku sendiri bahwa aku menerimamu seutuhnya, aku tidak perduli dengan masa lalu mu, karena bagiku engkau lebih berharga dari semua itu,"

Di kursi panjang yang terletak di taman Hotel tempatku menginap selama beberapa malam di kota nya itu, Rani menangis sesegukan di bahuku, kubiarkan wanita cantik berkulit kuning langsat itu menumpahkan semua beban hidupnya di atas bahuku, kubiarkan dia menangis di bahuku untuk melepaskan semua sisa-sisa kesedihannya akan semua dosa-dosanya di masa lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun