Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apakah Bercerai Itu Tabu? (Bagian Satu)

9 September 2020   09:45 Diperbarui: 9 September 2020   09:52 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lifestyle.okezone.com

Fani memulai ceritanya sambil menangis. Sambil menghela nafas, saya hanya mampu menatap sedih ke arahnya.

Saat tangisnya sedikit reda, Fani kembali melanjutkan cerita tentang kehidupan rumah tangganya.

"Suamiku dimata orang lain terlihat baik, lelaki brengsek itu memang tidak pernah memukul secara fisik, tapi secara verbal sering dia lakukan kepadaku. Saat itu aku sampai ketakutan setiap dia pulang ke rumah, dan selama berumah tangga dengan lelaki brengsek itu, sekalipun aku tidak pernah bisa merasakan ketenangan dan kebahagiaan hidup serumah dengannya.

Dulu memang di awal-awal pernikahan aku selalu menceritakan apapun kegiatanku di luar rumah kepada suamiku, apapun yang aku rasakan, selalu kuceritakan semuanya kepada lelaki brengsek yang pernah kupilih untuk menjadi imam bagi keluarga kecilku, walau terkadang anak manja itu tidak menanggapi curahan hatiku

Sampai suatu ketika mantan pacarku datang dan menemuiku di sekolah, saat itu kami hanya ngobrol di depan sekolah. Dan karena aku khawatir suamiku tau dari orang lain, atas kesadaran sendiri aku ceritakan semuanya kepada suamiku, bahwa mantan pacarku itu datang menemuiku di Sekolah.

Dan setelah pengakuan itu, petaka yang tidak pernah kusangka-sangka sebelumnya menimpa kehidupan rumah tanggaku. Tanggapan suamiku itu di luar perkiraanku.

Setelah kuceritakan pertemuanku dengan mantan pacarku, ternyata suamiku marah besar, dia tidak terima istrinya kembali di temui oleh mantan pacarnya dulu.

Tak lama setelah pengakuanku, suamiku itu menelepon  mantan pacarku. Lalu memaki-maki mantan pacarku dengan kata-kata yang luar biasa kasarnya, hingga nama-nama binatang bisa meluncur dengan bebas dari mulutnya kepada mantan pacarku.

Tidak puas memanggil mantan pacarku dengan nama binatang, sambil berteriak-teriak memanggil kedua anakku hingga tetangga di sekeliling tempat tinggalku sore itu mengetahui keributan yang tengah terjadi di dalam rumahku. 

Sambil menunjuk-nunjuk ke arahku dengan menyebutku sebagai pelacur murahan. Lelaki brengsek itu meminta kepada kedua anakku yang menangis ketakutan saat melihat Ayahnya seperti orang kesetanan meminta kepada mereka agar tidak perlu menghargai wanita yang telah melahirkan mereka ke dunia ini.

Selanjutnya >>

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun