Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Tarsim, 18 Tahun Hidup dengan Kapal Newmont

3 Maret 2016   08:53 Diperbarui: 4 Maret 2016   15:38 899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Tarsim, pria asal Subang yang sudah 18 tahun bertugas di kapal melayani kebutuhan Newmont Nusa Tenggara. Saat ini ia merupakan awak kapal survey Tenggara Explorer."][/caption]

Kapal Tenggara Explorer masih butuh sekitar 30 menit lagi untuk sampai ke titik pertama pengambilan sampel di Teluk Senunu, Sumbawa Barat. Lima rekan dan sebagian awak kapal beristirahat di kamar dan ruang nahkoda yang berada di atas. Sementara saya memilih duduk lesehan di luar ruang nahkoda sembari menghadap lautan lepas. Saat itulah seorang awak kapal datang menghampiri. “Pusing, ya?”, sapanya. Saya lalu menjawabnya spontan. “Nggak, Pak. Agak ngantuk saja”.

Tarsim, begitulah ia menyebutkan namanya. Ia adalah salah satu awak kapal Tenggara Explorer yang dioperasikan oleh Indonusa. Selama ini Tenggara Explorer digunakan oleh PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) untuk melakukan survey dan pemantauan lingkungan perairan sekitar Teluk Senunu, tempat PTNNT menempatkan tailing melalui pipa bawah laut.

Pak Tarsim merupakan awak senior di Tenggara Explorer. Bukan usia yang jadi patokannya, melainkan lama dia bertugas di kapal PTNNT. Ia sudah hidup dengan kapal Newmont sejak 1997. Sebagai perbandingan nahkoda Tenggara Explorer saat ini baru bertugas kurang dari 6 bulan. Pada saat pembangunan tambang Batu Hijau dimulai, Pak Tarsim bertugas di kapal yang membawa pekerja konstruksi dari Lombok ke Sumbawa Barat. “Saat itu sehari saya bolak-balik bawa 600 pekerja”, katanya mengenang masa awal bekerja melayani kebutuhan PTNNT.

Saat ini di Tenggara Explorer ia bertugas sebagai operator sling untuk menurunkan dan menaikkan Rosette sampler dan alat survey lainnya. Pak Tarsim lalu menuturkan dalam waktu dekat ia akan berlayar mengambil kapal terbaru yang akan digunakan PTNNT.

[caption caption="Pak Tarsim sudah bertugas di kapal sejak pembangunan tambang PTNNT dimulai tahun 1997"]

[/caption]

[caption caption="Pak Tarsim membantu menyiapkan rosette sampler yang akan ditenggelamkan ke dalam laut."]

[/caption]

Menjadi awak kapal survey membuat Pak Tarsim merasakan berbagai pengalaman. Bekerja dengan shift 30-10 mengharuskan ia bertugas sepanjang 30 hari sebelum libur selama 10 hari. Meskipun demikian, ia tetap bisa pulang ke rumahnya setelah bekerja karena tempat tinggalnya tak terlalu jauh dengan terminal khusus PTNNT tempat Tenggara Explorer berada. Ia dan Tenggara Explorer juga harus siap melakukan tugas darurat selain survey. “Belum lama ini kami diminta mengevakuasi jenazah orang yang tenggelam saat memancing”, katanya sambil menunjuk arah tempat penemuan jenazah yang dimaksud.

Selama menjalani misi bersama PTNNT, Pak Tarsim dan rekan-rekannya memiliki cara mengisi waktu perjalanan yang berjam-jam. Memancing sambil menikmati segelas kopi menjadi hiburan selama di atas kapal. Agar tidak bosan atau jenuh, para awak kapal dan tim PTNNT juga sering bercanda menertawakan berbagai hal. Sekian lama bertugas menenami tim PTNNT, keakraban memang telah terjalin di antara mereka. Pak Tarsim dan awak kapal bahkan sudah hafal persiapan yang dilakukan oleh Tim PTNNT saat akan melakukan survey. Ia pun sering membantu menyiapkan peralatan survey seperti rosette sampler.

[caption caption="Di Tenggara Explorer Pak Tarsim bertugas sebagai operator sling untuk menurunkan dan mengangkat peralatan survey PTNNT."]

[/caption]

Pak Tarsim bukanlah orang asli NTB, melainkan berasal dari Subang, Jawa Barat. Setelah merantau ke Sumbawa Barat ia kemudian menikah dengan wanita asal Sumbawa dan tinggal bersama keluarganya di Labuan Lalar hingga saat ini. Meski sudah menetap di Sumbawa Barat, ia tidak melupakan tempat asal dan saudara-saudaranya di Subang. “September kemarin (2015) saya baru pulang kampung”, kata ayah dua puteri ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun