Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Jajan di Surabaya, Menyantap Ayam Goreng yang Lezat di Dekat Kantor Bu Risma

17 Februari 2017   10:18 Diperbarui: 17 Februari 2017   12:23 2538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ayam kampung goreng yang nikmat dan gurih di warung ayam bakar Wong Solo di Kota Surabaya (dok. pribadi).

Makan ayam goreng di warung spesial ayam bakar? Itulah yang saya lakukan Selasa sore, 14 Februari 2017 lalu sebelum menuju lokasi konser KAHITNA Merenda Kasih di Grand City Convention Surabaya. Kadang saya memang nyeleneh memilih kuliner jika berkunjung ke sebuah daerah. Saat di Bandung saya mencari gudeg. Di Manado saya berburu bakso. Lalu di Semarang saya justru memilih menyantap mie karena kurang berselera dengan lumpia semarang.

Saat tiba di Surabaya sore itu saya juga tak berniat untuk mencicipi rawon atau rujak cingur. Saat mengetahui ada tempat makan bernama Ayam Bakar Wong Solo di dekat Balaikota tempat Walikota Surabaya berkantor, saya segera menetapkannya sebagai pelabuhan untuk mengisi perut sebelum berjam-jam bernyanyi di depan panggung KAHITNA. Menonton KAHITNA selain membutuhkan jiwa yang tegar, juga butuh tenaga untuk mengimbangi perasaan yang terhentak setiap kali KAHITNA bernyanyi.

Kebetulan pula Wong Solo dapat dicapai dengan berjalan kaki selama 5 menit dari hotel tempat menginap di Jalan Walikota Mustajab. Lokasinya tepat di tepi jalan dan ada papan nama berlampu sehingga terlihat mencolok. 

Papan nama warung ayam bakar Wong Solo di Jalan Walikota Mustajab, sekitar 100 meter dari Kantor Walikota Surabaya (dok. pribadi).
Papan nama warung ayam bakar Wong Solo di Jalan Walikota Mustajab, sekitar 100 meter dari Kantor Walikota Surabaya (dok. pribadi).
Memasuki warung Ayam Bakar Wong Solo dihadapkan dengan ruangan makan yang bersisian dengan dapur tempat semua menu makanan dan minuman dibuat. Seorang pelayan wanita mempersilakan duduk sambil menyodorkan daftar menu. 

Ayam Bakar Wong Solo menyediakan menu daging ayam dan bebek dengan pilihan digoreng, dibakar, atau dipenyet. Menu yang banyak dipesan adalah ayam bakar dan ayam penyet. Daging ayam yang disediakan adalah ayam kampung dan ayam broiler. Tentu saja harga menu ayam kampungnya lebih mahal. Tersedia juga menu lain, seperti nasi goreng, mie goreng, rica-rica ayam, tongseng ayam, sup ayam, cah kangkung, hingga balado pete. 

Meskipun terkenal sebagai warung ayam bakar dan ayam penyet, tapi saya tidak memesan keduanya. Sejak dulu saya kurang suka dengan ayam bakar karena rasanya cenderung sangat manis. Sementara ayam penyet ala Surabaya saat saya tanya ke pelayan ternyata sambalnya pedas. Asam lambung saya tentu saja harus dijaga agar nyaman saat menonton KAHITNA.

Maka saya pun memesan ayam goreng yang sejak dulu menjadi kesukaan saya. Paket ayam kampung goreng seharga Rp21000 saya pilih dengan pelengkap sambel lombok ijo yang menurut pelayan tidak terlalu pedas. Sebagai penyegar sekaligus pelepas dahaga segelas es buah seharga Rp15000 jadi pilihan setelah menyisihkan “pesaing” yang sebenarnya juga saya sukai yaitu es cincau, es degan, dan es campur.

Sambil menunggu hidangan siap, saya mengamati beberapa pembeli yang datang sore itu. Ada beberapa karyawan yang sepertinya baru pulang kerja menyempatkan makan. Beberapa anak muda yang terlihat seperti mahasiswa silih berganti memesan untuk dibawa pulang. Terlihat juga seorang pengemudi Gojek yang sepertinya sedang menerima order Go-Food. Di meja tengah ada dua orang pelayan warung sedang membungkus paket hidangan dalama puluhan kardus. Rupanya ada sepasang bapak ibu yang memesan take away dalam jumlah banyak.

Paket ayam kampung goreng disajikan lengkap dengan aneka pendamping seperti soun goreng dan orek tempe (dok. pribadi).
Paket ayam kampung goreng disajikan lengkap dengan aneka pendamping seperti soun goreng dan orek tempe (dok. pribadi).
Sambal lombok ijo yang
Sambal lombok ijo yang
Tahu goreng yang krispy dan terong penyet melengkapi sajian ayam goreng (dok. pribadi).
Tahu goreng yang krispy dan terong penyet melengkapi sajian ayam goreng (dok. pribadi).
Kurang lebih sepuluh menit kemudian pesanan saya sudah tersaji di atas meja. Perut yang sedang lapar mengirim tanda agar saya segera menghajar sepaket ayam goreng yang sudah di depan mata.

Paket ayam kampung goreng disajikan cukup menarik dan komplit dengan “ubo rampe” alias lauk pendampingnya. Sepotong ayam disajikan bersama nasi putih yang porsinya tidak terlalu banyak dibentuk kerucut seperti tumpeng kecil. Di sekelilingnya disertakan soun goreng, serundeng, orek tempe, satu buah tahu goreng, terong peyet, dan mentimun, dan tak ketinggalan sambal lombok ijo. Semuanya disajikan dalam satu piring sehingga terlihat sangat mengundang selera. 

Memilih ayam goreng di warung ayam bakar ternyata bukan pilihan yang buruk. Malah saat mencicipi ayam kampung gorengnya saya langsung menemukan kenikmatan. Meski potongan ayamnya kecil tapi dagingnya gurih. Tekstur khas daging ayam kampung sangat mengigit di lidah. Kulit yang masih melekat digoreng kering memberikan tambahan sensasi renyah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun