Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Spanduk "Hoax" yang Bertebaran di Kantor dan Pos Polisi

29 Agustus 2025   14:00 Diperbarui: 29 Agustus 2025   14:00 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Spanduk yang saya foto pagi tadi. Isinya "tiga kata lucu" (dok. pribadi).

"Mereka yang pernah merenggut ratusan nyawa di dalam stadion hanya dalam semalam  mungkin tidak akan berat melindas hanya seorang manusia di jalanan"

Mendung dan dingin pagi ini terasa lebih mengiris. Meninggalkan rumah menuju jalan raya, saya berpapasan dengan seorang pengemudi ojol berjaket hijau-hitam yang membelok masuk ke dalam komplek tempat tinggal. Barangkali ia sedang mengantar sarapan yang dipesan oleh seorang pelanggan. Mungkin juga hendak menjemput warga yang minta dihantar ke kantor, sekolah, kampus, pasar, atau rumah sakit.

Barangkali seperti itu pula rutinitas Affan Kurniawan setiap hari. Pagi-pagi sekali ia berpamitan kepada orang tuanya, lalu segera meluncur ke dalam labirin jalanan ibu kota untuk menjemput nafkah yang akan ia persembahkan kepada keluarga di rumah.

Namun, Affan tidak lagi berada di jalanan pagi ini dan seterusnya. Semalam ia gugur. Tubuhnya dilindas mobil polisi yang dibeli dari uang yang dibayarkan oleh Affan dan kita semua. 

Pagi ini sangat mengiris. Bukan oleh gerimis yang turun malu-malu dan setengah hati. 

Di sebuah perempatan saat lampu merah menyala dan semua kendaraan berhenti, terlihat sebuah spanduk terbentang. Terikat dengan tali pada bagian bawah atap dan menggantung sejajar dengan dinding sebuah pos atau kantor polisi penjaga lalu lintas. Spanduk yang sama juga dijumpai di hampir semua pos, kantor, klinik, dan tempat-tempat pelayanan milik aparat tersebut. Isinya tiga kata lucu: "Polri Untuk Masyarakat"

Memang lucu karena jargon itu menggantikan tiga kata lucu sebelumnya: "Polisi Pengayom Masyarakat".

Pergantian jargon itu seolah menyiratkan makna bahwa mereka merasa tidak percaya diri lagi untuk menjadi "pengayom". Lalu dicarilah ungkapan lain yang mirip, tapi lebih terkesan dekat dan akrab. 

Maka "Polri Untuk Masyarakat" menggambarkan bagaimana akhir-akhir ini aparat rajin menanam padi dan jagung yang konon hasilnya untuk kebutuhan rakyat. Aparat juga tiba-tiba ikut menjual beras murah. Sungguh aneh ketika masyarakat kesulitan menemukan beras murah di pasaran, mereka justru bisa mendapatkan stok yang lebih murah. Dari mana dan bagaimana aparat bisa mendapatkan beras-beras itu? Polisi pilar kedaulatan pangan. Begitu katanya.

Akan tetapi slogan seperti kosmetik atau riasan. Seringkali terlalu ringkih dan tidak kekal menutupi jerawat-jerawat yang menganggu. Tiga kata lucu "Polri untuk Masyarakat" yang meski disebar banyak-banyak untuk dipasang di setiap kantor dan pos aparat, tetap tidak mengubur kenyataan dan sejarah bahwa pernah meletus tembakan gas air mata di dalam sebuah stadion yang dengan itu ratusan tubuh segera bergelimpangan. Dalam semalam ratusan nyawa lepas dari raganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun