Salah satu pesan sekaligus peringatan penting dari buku ini ialah takdir suatu bangsa dan negara tidak ditentukan oleh warisan kandungan alam dan faktor-faktor geografis.Â
Membaca buku ini akan membantu Wapres Gibran serta para pemimpin Indonesia lainnya untuk tidak selalu mendewakan kekayaan alam dan bonus demografi. Seolah dengan dua hal itu Indonesia sudah separuh jalan berada di depan gerbang kemakmuran.Â
Mengulang-ngulang pidato tentang kekayaan alam atau meromantisasi bonus demografi tanpa disertai upaya yang berkeadilan dan bertanggung jawab hanya akan menambah daftar negara yang sakit-sakitan.
Orang-Orang Proyek
Mendorong peran generasi muda dalam pembangunan, tapi memisahkannya dari peran melawan korupsi, kolusi, dan nepotisme merupakan kekeliruan. Di tengah kondisi negara dan masyarakat yang telah sakit digegorogi praktik KKN, generasi muda justru harus semakin didorong sebagai agen perubahan.
Buku "Orang-orang Proyek" memperlihatkan integritas seorang insinyur muda dalam tugasnya membangun jembatan desa. Bekerja pada proyek pemerintah, sang insinyur segera mengetahui praktik penyimpangan telah dimulai sejak pra-lelang, lelang, hingga pelaksanaan di lapangan.Â
Banyak pihak meminta jatah dan mengambil bagian dari nilai proyek. Mulai dari pejabat pemerintah pusat dan daerah, tokoh setempat, ormas, hingga partai politik ramai-ramai menggerogoti anggaran proyek. Akibatnya mutu proyek menjadi rendah karena banyak komponen yang diabaikan.
Waktu penyelesaian proyek pun sering dipaksakan agar selesai mengikuti kepentingan pejabat yang ingin meresmikannya sebagai sarana pencitraan. Konsekuensinya kualitas bangunan dikorbankan. Sebuah jembatan yang semestinya dibangun untuk masa penggunaan puluhan tahun, ternyata sudah rusak pada tahun pertama setelah diresmikan.
Sang insinyur muda dalam "Orang-orang Proyek" harus menghadapi semua permasalahan itu. Cita-citanya membangun jembatan yang bisa dipertanggungjawabkan mutunya terhalang oleh praktik KKN yang sudah "membudaya". Ironisnya, masyarakat di sekitar proyek terkesan tidak peduli. Feodalisme gaya baru menjadikan masyarakat mudah diperdaya. Beberapa penduduk justru menyuap mandor proyek agar bisa mendapatkan bahan-bahan bangunan secara murah atau dipekerjakan sebagai tukang dan kuli.
Setelah berupaya sekuat tenaga menjaga proyek agar berjalan baik di tengah kerakusan banyak pihak, sang insinyur muda akhirnya memilih mundur dari proyek pembangunan tersebut.