Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Nh Dini, Satu Nama dengan Banyak Versi

7 Mei 2023   11:28 Diperbarui: 8 Mei 2023   18:06 947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
NH Dini, Nh. Dini, N.H. DINI, dan Nh. DINI (dok.pribadi).

Memeriksa kembali artikel-artikel "Menemui Nh. Dini" yang sudah saya tayangkan di Kompasiana, ada beda hasil moderasi yang dilakukan oleh Kompasiana terhadap artikel-artikel tersebut.

Sejak 22 Februari 2023, sebanyak 7 artikel sudah tayang. Pada 6 di antaranya saya mencantumkan "Nh. Dini" di judul, tapi setelah tayang terjadi perubahan. Ada 2 artikel yang diganti menjadi "NH Dini".

Perbedaan itu bukan karena saya yang mengedit. Melainkan hasil moderasi Kompasiana. Kemungkinan artikel-artikel itu diperiksa oleh dua admin berbeda yang masing-masing punya keyakinan tentang penulisan nama Nh. Dini. Oleh karena itu ada artikel yang lulus moderasi dengan mempertahankan penulisan Nh. Dini. Ada pula artikel yang tayang dengan mengganti "Nh. Dini" menjadi "NH Dini".

Mungkin juga semua artikel dimoderasi oleh satu admin yang sama. Tergantung mood, jika pada hari artikel ditayangkan admin sedang menjadi penganut "Nh. Dini", maka artikel tayang tanpa perubahan. Namun, pada hari lainnya saat mood sedang berganti maka "Nh. Dini" pun diganti menjadi "NH Dini".

Antara Nh. Dini dan NH Dini (dok.pribadi).
Antara Nh. Dini dan NH Dini (dok.pribadi).

Mengetahui ketidakkonsistenan tersebut, awalnya saya ingin mengubah kembali judulnya dengan penulisan yang saya ingini, yakni "Nh. Dini". Rasanya agak menganggu jika artikel-artikel berseri yang dibuat oleh satu orang ternyata tidak konsisten dalam mencantumkan sebuah nama yang dibahas.

Namun, setelah dipikir-pikir lagi saya putuskan untuk membiarkan dua versi penulisan tersebut. Biarlah seperti demikian. Sebab pada kenyataannya telah lama dijumpai ketidakseragaman dalam penulisan atau penyebutan nama "Nh. Dini". Tulisan-tulisan di internet maupun di buku-buku juga menyebutnya secara berbeda-beda. Saya pun kadang masih berubah-ubah ketika menulis namanya.

Lalu apakah semasa hidupnya Nh. Dini menyadari dan membiarkan ketidakseragaman penulisan namanya tersebut? Tidak pernahkah Nh. Dini menetapkan satu bentuk penulisan nama yang paling sesuai dengan kehendak pribadinya? Jika pernah, berarti ada penulisan nama yang dianggap benar dan dianggap salah. Manakah itu?

Nh Dini (dok.pribadi).
Nh Dini (dok.pribadi).

Andai berkesempatan menemui pakar dan pemerhati tulisan-tulisan Nh. Dini saya ingin menanyakan itu juga. Atau jika bisa ngobrol lebih lama lagi dengan keluarga dan kerabat dekat Nh. Dini barangkali saya bisa mencari tahu. Seandainya bertemu dengan orang-orang yang punya kenangan atau pengalaman interaksi dekat dengan Nh. Dini pun saya ingin mengetahui perihal penulisan namanya.

Sementara kesempatan itu belum saya dapatkan, menelusuri nama "Nh. Dini" bisa ditempuh dengan pendekatan karya-karyanya.

Untungnya saya punya sekitar 30 judul buku Nh. Dini dari beberapa penerbit. Ada yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, Grasindo, Pustaka Jaya, Sinar Harapan, CV Rosda, Gaya Favorit Press, Yayasan Obor Indonesia, Penerbit Djambatan, dan Media Pressindo.

Buku-buku yang diterbitkan Gramedia cenderung konsisten menuliskan "Nh. Dini" di sampulnya. Baik buku yang dicetak pada tahun 80-an hingga yang terbaru diterbitkan ulang pada Februari 2023. Begitu pula Grasindo yang masih bagian dari Gramedia. Penerbit ini menggunakan "Nh. Dini" untuk menyebut nama sang penulis.

Hanya ada satu pengeculian pada 2019 saat Gramedia menerbitkan sampul baru "Keberangkatan" dengan nama "NH. DINI", bukan "Nh. Dini".

NH. DINI dan Nh. Dini (dok.pribadi).
NH. DINI dan Nh. Dini (dok.pribadi).

Beberapa buku lawas Nh. Dini juga diterbitkan oleh Sinar Harapan. Menariknya judul yang pernah diterbitkan oleh Sinar Harapan diterbitkan ulang oleh penerbit lain dengan judul yang berbeda. Ambil contoh "Tuileries" yang diberi judul baru "Pencakar Langit" dan "Orang-orang Tran" yang hadir kembali sebagai "Tanah Baru, Tanah Air Kedua".

Pada "Orang-orang Tran" yang terbit tahun 1985, Sinar Harapan mencantumkan nama "Nh. Dini". Sedangkan pada "Tuileries" nama yang tercantum di sampul depan ialah "Nh Dini". Namun, dalam biodata penulis di sampul belakang tercetak "Nh. Dini".

Dari sini bisa disimpulkan bahwa perbedaan penulisan nama Nh. Dini memang sudah terjadi sejak lama.

Dari satu penerbit, dari tahun yang sama, tapi menuliskan Nh Dini dan NH. DINI (dok.pribadi).
Dari satu penerbit, dari tahun yang sama, tapi menuliskan Nh Dini dan NH. DINI (dok.pribadi).

Saya punya "Padang Ilalang di Belakang Rumah" dan "Langit dan Bumi Sahabat Kami" cetakan tahun 1979. Di situ dijumpai penulisan nama yang tidak konsisten. Pada "Padang Ilalang di Belakang Rumah", Pustaka Jaya menulis "NH. DINI" di sampul depan. Namun, di halaman judul atau halaman pertama nama yang tercetak ialah "Nh. Dini". Lalu di sampul belakang penulisannya kembali ke "NH. DINI". 

Sedangkan pada "Langit dan Bumi Sahabat Kami", Pustaka Jaya mencetak "Nh Dini" di sampul depan dan "NH.DINI" di sampul belakang.

Dari sini nampak bahwa perbedaan penulisan tidak hanya dijumpai pada buku-buku dari  penerbit yang berbeda. Satu penerbit pun ternyata tidak konsisten dalam mencetak nama Nh. Dini pada setiap karya.

NH DINI dan Nh. DINI (dok.pribadi).
NH DINI dan Nh. DINI (dok.pribadi).

Pada tahun 1987 CV Rosda menerbitkan "La Barka". Nama "NH DINI" tercetak besar di sampul depan dan halaman pertamanya. Lalu Penerbit Djambatan menerbitkan "Jalan Bandungan" dengan "Nh. DINI". 

Biografi Amir Hamzah yang diterbitkan oleh Gaya Favorit Press juga mencantumkan "Nh. Dini" sebagai penulis. Sedangkan Yayasan Obor Indonesia ketika menerbitkan terjemahan "Sampar" menuliskan "NH. Dini" sebagai pengalih bahasa.

Karya terakhir Nh. Dini berjudul "Gunung Ungaran" diterbitkan pada 2018 oleh Media Pressindo. Pada sampul depannya tertulis "Nh. Dini". Menariknya pada lembar terakhir dijumpai "Nh. Dini", "N.H. Dini" dan "NH Dini" yang ditulis secara bergantian. Lagi-lagi nampak ketidakkonsistenan penerbit atau penerbit ingin menyampaikan pesan secara tersirat bahwa Nh. Dini bisa dan boleh dicantumkan namanya dengan banyak versi penulisan.

**

Kini kita tahu beberapa versi penulisan nama Nh. Dini. Setidaknya ada yang menganut "Nh. Dini", "Nh Dini", "NH. Dini", "NH Dini", dan "N.H. Dini".

Agaknya Nh. Dini tidak keberatan dengan ragam versi tersebut. Sebab pada beberapa buku yang diterbitkan ulang penulisan nama-nama itu tetap dibiarkan. Kemungkinan Nh. Dini tidak memberikan catatan koreksi. Tidak pula meminta agar penulisan namanya diganti atau disesuaikan agar seragam.

Walau demikian sebenarnya asal-usul sebutan Nh. Dini pernah diungkap lewat buku "Sekayu". Dalam buku tersebut Nh. Dini menyebut nama-nama yang pernah ia pakai sebagai penulis sampai akhirnya memutuskan satu nama yang ia kehendaki untuk seterusnya.

Kompak memilih untuk menulis Nh. Dini (dok.pribadi).
Kompak memilih untuk menulis Nh. Dini (dok.pribadi).

Perlu diketahui bahwa Nh. Dini terlahir dengan nama Nurhayati Sri Hardini. Saat masih duduk di kelas 2 SMP, ia telah menulis secara profesional. Honor pertama yang diterimanya sebesar Rp15. Karangan-karangan yang ditulisnya pun rutin mengisi siaran RRI Semarang. 

Untuk keperluan siaran radio waktu itu Nh. Dini menggunakan nama "Hasri". Pernah ia beralih ke "H. Dini", tapi kurang disetujui oleh orang RRI. 

Di sisi lain ketika bertemu dengan orang baru, kadang Nh. Dini memperkenalkan dirinya dengan "Sri Hardini". Teman-teman dan orang-orang sekeliling yang bergaul sehari-hari memanggilnya "Sri", "Nik", "Har", dan "Hardini". Sedangkan keluarga dan kerabat dekat memberi panggilan sayang "Puk".

Suatu hari pelajaran bahasa Indonesia berlangsung. Guru yang bernama Ramuno memanggil "Dini". Namun sang pemilik nama tidak merespons karena merasa bukan ia yang dipanggil. Guru pun mengulangi panggilan dan sang pemilik nama baru mengerti arah panggilan tersebut. 

Semenjak hari itu, mengikuti panggilan yang diberikan oleh sang guru, nama "Dini" semakin populer. Terutama di lingkungan sekolah. Sri Hardini pun mengambil keputusan.

"Mulai dari hari itu pula nama yang kupergunakan sebagai tanda tangan di bawah karangan-karanganku kuganti, menjadi Nh. Dini", ungkapnya dalam Sekayu.

Jadi kesadaran untuk memiliki nama profesional sebagai seorang penulis telah muncul sejak SMP. Dari banyak nama keakraban yang bergantian digunakan untuk memanggil, Nurhayati Sri Hardini akhirnya memilih "Nh. Dini".

**

Minggu (19/2/2023) pagi di teras rumah Sekayu saya diperlihatkan sebuah potongan kertas oleh Oeti Adiyati, keponakan Nh. Dini. 

Itu merupakan pembatas buku yang dibuat untuk pondok baca yang pernah didirikan oleh Nh. Dini. Tanda tangannya tergores di atas pembatas buku. Sementara namanya tercetak dalam huruf kapital: "N.H. DINI".

N.H. DINI (dok.pribadi).
N.H. DINI (dok.pribadi).

Sekarang artikel ini saya tayangkan sebagai cerita kedelapan dari "Menemui Nh. Dini". Menarik untuk dinanti bagaimana Kompasiana akan memoderasi judul artikel ini. Apakah diloloskan tayang dengan menggunakan "Nh. Dini", "NH Dini", "N.H. Dini" atau versi lainnya lagi.

***

Cerita sebelumnya:

Semangkuk Soto di Belakang Rumah Nh. Dini
Lorong-lorong Menuju Rumah Nh. Dini
Mengenal Nh. Dini di Teras Rumahnya
Tanda Tangan Nh. Dini yang Dijual Murah
Sekayu, Kisah Masjid Tertua
Menyelami Sampul-sampul Klasik Nh. Dini
Waktu Seolah Berhenti di Rumah Nh. Dini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun