Para hantu politik itu terus mengincar kesempatan untuk menyandera olahraga sebagai wahana untuk kepuasaan dan kepentingan mereka sendiri. Bukan untuk menciptakan kebanggaan dan kebahagiaan bersama.
Para hantu politik di negara kita senang menyabotase momentum-momentum baik dalam olahraga. Itu sebabnya setiap kali ada momentum baik, seringkali pula lenyap lewat drama yang begitu singkat.Â
Sirnanya momentum emas penyelenggaraan Piala Dunia U-20 yang sudah di depan mata memperlihatkan jelas bagaimana para hantu politik menyabotase kebanggaan dan martabat bangsa demi tujuan kelompok mereka sendiri. Di antara hantu-hantu politik itu, menyamar sebagai lakon yang seolah-olah membela kepentingan bangsa, baik bangsa sendiri maupun bangsa lain.
Meski demikian takdir yang terjadi tetap harus kita terima. Sepakbola dan olahraga Indonesia perlu terus bergerak untuk melengkapi sejarah. Tak mengapa sekarang kita menulis lagi sejarah tentang sepakbola yang dikorbankan oleh para hantu politik.Â
Namun, Tuhan menciptakan hantu-hantu politik juga bukan tanpa maksud. Hantu-hantu politik itu menjelma untuk menguji sekali lagi ketabahan sepakbola Indonesia. Mereka dijadikan Tuhan sebagai ujian untuk menempa ketabahan bangsa.
Zaman terus berubah. Kekuasaan akan selalu berpindah ke penguasa berikutnya. Akan selalu ada hantu-hantu politik yang menjilat untuk meminta korban. Kali ini korbannya lagi-lagi sepakbola Indonesia.
Semoga Tuhan menganugerahi bangsa ini ketabahan hati yang semakin luas.