Petunjuk dari bapak penjual wedang tahu di Jalan Depok menuntun saya memasuki lorong-lorong sempit di Kembang Paes. Dimulai dari tempat itu, langkah kaki menuju rumah masa kecil Nh. Dini dilalui dari lorong ke lorong.
Agak canggung saya menyusuri lorong-lorong itu. Sebab pintu dan jendela rumah warganya berada sangat dekat dan menghadap langsung ke lorong jalan. Bisa dipastikan jika penghuninya sedang duduk berada di ruang tamu atau bagian depan rumahnya, mereka akan bisa melihat jelas siapa yang lewat di depannya.
Lorong jalan di Kembang Paes semakin sempit karena masih harus dibagi dengan selokan kecil yang melewati bagian depan rumah-rumah yang temboknya berhimpitan. Tempat-tempat sampah dan sepeda motor yang terparkir di depan rumah warga juga mengambil sedikit luasan di dalam lorong.
Meski demikian lorongnya terlihat bersih. Beberapa rumah yang memelihara tanaman dalam pot memberi kesegaran di tengah tembok-tembok yang rapat.
Mudah saja menyusuri lorong jalan di Kembang Paes. Â Sebab lorong utamanya mengarah langsung ke Jalan MH Thamrin. Menyeberangi jalan tersebut, saya tiba di lorong pendek Jalan Batan Timur 4.
Dalam "Padang Ilalang di Belakang Rumah", "Sebuah Lorong di Kotaku", dan "Sekayu", nama Batan berulang kali disebut oleh Nh. Dini. Sesuatu yang bisa dipahami sebab Batan merupakan kampung tetangga Sekayu. Pada masa kini, kampung Batan menjadi salah satu gerbang masuk menuju Sekayu.
Ujung lorong  Batan 4 terbelah menjadi dua. Ke selatan sebuah lorong jalan memanjang menuju  Sekayu. Lorong itu  lebih lebar dibanding di Kembang Paes. Sebuah mobil bisa lewat dengan sangat pas dan pelan.
Semakin ke dalam lorong jalan semakin menyempit dan bercabang. Saya sempat tersesat di salah satu lorong yang hanya bisa dilalui satu sepeda motor. Namun segera menemukan arah yang benar menuju rumah Nh. Dini.
Lorong jalan Sekayu sudah berlapiskan aspal. Rumah-rumah warga yang berhimpitan di kedua sisi umumnya berukuran kecil dan tidak jauh berbeda luasannya satu sama lain. Beberapa rumah dilihat dari tembok dan atapnya tampak lebih tua dibanding yang lain. Rumah-rumah yang berumur itu terkumpul pada salah satu sisi lorong jalan. Sementara di sisi yang berseberangan berupa tembok dari bangunan yang lebih baru dan tinggi.
Beberapa pohon besar tumbuh di tepian lorong jalan. Daunnya yang rimbun memberi sentuhan asri. Lebih banyak lagi tanaman pot di depan rumah-rumah warga. Sekayu agaknya masih mempertahankan sebagian identitasnya lampaunya sebagai perkampungan.