Mereka juga beralasan menjadi tim pembela Ferdy Sambo merupakan pilihan profesional. Tentu saja itu alasan paling logis. Sebab sesuai makna katanya, profesional berarti melakukan pekerjaan yang mengharuskan pihak lain membayar atau keharusan menjalankan pekerjaan menurut keahlian sebagai konsekuensi karena telah dibayar.
Walau demikian bergabungnya dua pegiat antikorupsi ke dalam tim pembela Ferdy Sambo sebenarnya bukan plot twist yang terlalu mengejutkan juga. Sebab sudah lumrah hal semacam itu terjadi di Indonesia. Bahkan, sebelumnya mantan pimpinan KPK yang setelah pensiun dari lembaga antikorupsi ternyata menjadi kuasa hukum anggota keluarga cendana.
Beberapa hari lalu saya juga terkejut ketika menonton tayangan acara salah satu partai politik di TV. Ternyata ketua divisi hukum partai politik tersebut dijabat oleh seseorang yang familiar. Sebelumnya ia sering muncul di media dengan analisisnya seputar korupsi di negeri ini. Lama tak terlihat, rupanya ia telah meninggalkan profesinya sebagai pegiat antikorupsi untuk beralih menjadi pengurus partai.
Dengan demikian bergabungnya dua mantan pegiat antikorupsi menjadi tim pembela Ferdy Sambo bukan hal luar biasa. Anggap seperti perubahan wajar yang terjadi pada manusia. Bahwa setiap orang bisa berubah dan berhak memilih bentuk perubahannya.
Apa pun itu, kini kejahatan yang melibatkan Ferdy Sambo siap disidangkan. Kejaksaan Agung menyebut berkas pemeriksaan para tersangka telah lengkap.
Menarik untuk menebak kira-kira apa nama grup whastapp tim pembela Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi? Apakah para pengacara itu berada dalam grup bernama "Tim Penegak Kebenaran Pak Sambo"?
Menarik pula membayangkan bagaimana para tim pembela ini akan berkumpul dan melakukan briefing bersama setiap menjelang sidang nanti. Mungkin setelah saling menyemangati dan berdoa bersama, mereka akan berdiri membentuk lingkaran. Mengepalkan tangan untuk menyamakan tekad, lalu meneriakkan yel-yel: "Sambo mania...mantap!"
