Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Habib Husein Ja'far: Penyeimbang Ruang Digital, Penyeru Cinta dan Toleransi

8 April 2022   18:43 Diperbarui: 14 April 2022   01:45 2255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Habib Husein Jafar Al Hadar (dok.pribadi).

Kemunculannya lewat "Kultum Pemuda Tersesat" 3 tahun lalu di youtube segera mengundang perhatian. Banyak yang menyukai caranya berdakwah secara kekinian. Tidak sedikit pula yang mempertanyakan.

Sebab dianggap kurang lumrah seorang habib meladeni pertanyaan-pertanyaan dari netizen yang kadang "nggak ada akhlak". Lontaran pertanyaan yang menyerempet "saru" dan "tabu" ia tampung. Lalu dijelaskan kebenarannya menurut Islam.

Habib Husein Jafar Al Hadar punya alasan menempuh cara dan jalan dakwah demikian. Menurutnya lebih baik tersesat sekarang karena itu merupakan pintu masuk untuk terus memperbaiki diri. Lebih baik tidak tahu hari ini daripada seterusnya hidup dengan ketidaktahuan.

Baginya orang-orang yang memiliki kebingungan dan menyimpan pertanyaan tersesat justru perlu didekati serta dirangkul dengan penuh cinta. 

Lagipula dalam ketersesatan pada dasarnya ada semangat belajar yang merupakan pijakan penting untuk menjadi umat Islam yang berpengetahuan dan berpengetahuan dengan Islam.

Bagi Habib Jafar adanya pertanyaan-pertanyaan nyeleneh justru mendatangkan kebaikan karena memperlihatkan bahwa Islam mampu menjawab banyak persoalan sekaligus sangat "relate" dengan kehidupan manusia dari zaman ke zaman dengan konteks yang terus berkembang. Secara tidak langsung itu memperteguh Islam sebagai ajaran yang merahmati dunia seisinya.

Dari Pemuda Tersesat dan Jeda Nulis, dakwah Habib Jafar terus merambah ke ruang-ruang digital lainnya. Berkolaborasi dengan sejumlah youtuber dan artis untuk menciptakan ruang-ruang belajar agama yang lebih asyik.

Pembawaanya yang luwes dan karakternya yang tenang menghasilkan narasi-narasi ceramah yang menyegarkan. Cakrawala dan perspektifnya yang beragam melahirkan dakwah moderat yang mencerahkan.

Oleh karena itu, menyimak ceramah dan dakwah Habib Jafar seperti berada dalam majelis yang santai tapi penuh ilmu agama yang dialirkan secara tenang dan meresap. Kadang kita seperti tidak sedang mendengarkan ceramah agama, melainkan mendengar diskusi dan obrolan biasa.

Gaya dan cara Habib Jafar turut menjadi penyeimbang atas maraknya konten kebencian berjejalan di ruang-ruang digital. Pendekatan yang ditawarkan olehnya seakan mencoba menetralisir ujaran-ujaran intoleransi yang sering menumpang pada konten-konten dakwah agama.

Beberapa konten di kanal youtube Jeda Nulis milik Habib Jafar (dok.pribadi).
Beberapa konten di kanal youtube Jeda Nulis milik Habib Jafar (dok.pribadi).
Seringnya ia menggunakan istilah-istilah universal dengan logika yang runut untuk menerangkan esensi ajaran Islam juga menarik. 

Kapasitas dan keislamannya tentu mampu untuk menerangkan ajaran Islam secara lebih spesifik dan tekstual. Namun, ia lebih memilih perspektif yang lebih inklusif. Sesuai dengan prinsip cinta dan toleransi yang ia gaungkan.

Maka dari itu ia pun tak canggung berinteraksi dan merangkai obrolan bersama para pemuka agama lain. Seperti ditunjukkan dalam salah satu konten terbarunya berjudul "Indonesia Rumah Bersama" di kanal youtube Jeda Nulis. 

Habib Jafar duduk bertukar pikiran bersama biksu, pendeta, romo, dan penganut kepercayaan. Bukan hendak menggelar debat untuk saling menghakimi. Bukan pula untuk mengadu kelebihan agama masing-masing sambil merendahkan keyakinan lain.

Akan tetapi untuk "ngobrol biasa". Ketika Habib Jafar bertanya tentang keyakinan agama tertentu, ia memberikan kesempatan kepada penganutnya untuk menerangkan ajaran serta keyakinan masing-masing, sambil menggali kebaikan-kebaikan di dalamnya.

Begitu pun ketika Habib Jafar ditanya tentang suatu hal oleh pemuka agama lain.  Akan ditegaskan olehnya melalui sudut pandang seorang muslim yang dilingkupi sikap menghargai. 

Maka tak pernah terdengar oleh kita ucapan Habib Jafar yang menyalahkan dan menghakimi pendapat dari lawan bicaranya yang berbeda agama.

Pada satu kesempatan Habib Jafar mengakui rasa kagumannya pada Mahatma Gandhi dan aktivitasnya membaca biografi Paus Fransiskus. Ia tidak sedang membandingkan antar agama. 

Bukan untuk mencampur berbagai keyakinan. Melainkan berusaha menunjukkan bahwa dalam setiap agama ada kebaikan universal. Dan teladan dari para pemimpin agama mestinya bisa diikuti oleh manusia untuk menciptakan kehidupan bersama yang lebih baik.

Konten
Konten "Indonesia Rumah Bersama" di kanal youtube Jeda Nulis yang dikelola Habib Jafar (dok.pribadi).
Apa yang diajarkan oleh Habib Jafar dengan tetap memegang teguh keyakinan Islam, tapi terbuka untuk mengenal yang berbeda, merupakan moderasi beragama yang dilandasi cinta dan toleransi.

Dengan dua hal itu umat Islam bisa mengamalkan ajaran agamanya secara lebih baik. Sebab keimanan pada dasarnya mengandung nafas cinta. Bukan hanya cinta kepada sesama manusia, tapi juga cinta kepada makhluk-makluk Allah lainnya.

Dan Ramadan selalu menjadi sarana dan ruang belajar bagi umat Islam untuk memperkuat rasa cinta dan toleransi itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun