Bahkan, ketika tiba-tiba tenggorokan gatal atau meriang kembali terasa, air putih menjadi pilihan pertama yang saya cari. Oleh karena itu, botol minum selalu ada di dekat saya selama isoman.Â
Botol minum saya bawa saat berjemur di halaman. Ada di sebelah saya saat menonton TV. Tersedia pula di samping kasur menemani saya tidur.
Meski banyak minum, air putih dingin dari kulkas saya jauhi. Selama isoman dan sampai detik ini saya berhenti meminum air dari lemari es. Padahal sebelum terinfeksi Covid-19 saya suka kesegarannya. Sebagai gantinya saya memilih air hangat.
Wedang Uwuh
Sejak lama saya suka ramuan minuman tradisional seperti jamu dan aneka wedang jahe. Termasuk wedang uwuh khas Yogyakarta.
Ketika terinfeksi Covid-19 saya masih memiliki persediaan wedang uwuh. Minuman hangat ini pun saya seduh hampir setiap hari bergantian dengan wedang jahe sereh.
Awalnya saya berhati-hati untuk meminumnya karena lambung saya bergejolak pada hari-hari pertama isolasi mandiri. Namun setelah mencobanya dan tidak merasakan kesakitan, saya putuskan untuk melanjutkan minum wedang ini secara rutin.
Setiap pagi dan malam menjelang tidur saya sempatkan minum wedang uwuh atau wedang jahe sereh. Kadang saya meminumnya tanpa gula, kadang dicampur dengan gula merah secukupnya.Â
Rasanya yang hangat dan segar membantu saya mendapatkan kenyamanan selama isolasi mandiri. Wedang tradisional ini juga saya rasakan manfaatnya dalam meredakan tenggorokan gatal dan batuk yang sempat saya alami. (Baca Diari Isoman Tentara Semut Menyerang Tenggorokan)
Buah-buahan
Selain banyak minum air putih, saya juga menikmati buah-buahan yang tersedia selama isoman. Saya tidak memilih buah-buahan tertentu.Â
Ketika tetangga mengirimkan pisang, saya menjadikannya sebagai menu. Ketika ada yang mengantar salak, saya menyukainya. Saat ada jeruk, jambu atau semangka saya pun memakannya secara bergantian.