Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Diari Isoman 6: Ludes 100 Lembar Masker!

6 September 2021   08:54 Diperbarui: 6 September 2021   09:24 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masker medis (dok. pribadi).

Menggunakan masker medis sudah menjadi kebiasaan dan kebutuhan saya dalam aktivitas sehari-hari jauh sebelum pandemi Covid-19. Lalu ketika Corona menyerang dan berkembang menjadi pandemi, kebutuhan untuk menggunakannya saya sadari sebagai sebuah keniscayaan.

Pada akhirnya saya terinfeksi Covid-19 pada akhir Juli 2021 lalu. Masker medis pun menjadi benda yang nyaris terus melekat di wajah saya sepanjang hari.

Selama 15 hari menjalani isolasi mandiri, tak kurang 100 lembar masker medis saya habiskan. Mungkin terbilang lebay untuk seorang yang mengalami gejala ringan. Namun, begitulah adanya. Dua kotak masker saya butuhkan selama isoman.

Bagi saya memperketat penggunaan masker tidak sekedar tentang durasi atau berapa lama masker menempel di wajah. Aspek lain seperti pemilihan jenis masker dan penanganan masker bekas pakai juga penting.

Berikut ini cara penggunaan masker yang saya terapkan selama isolasi mandiri.

Pertama, menggunakan masker medis yang nyaman. 
Penting untuk menggunakan masker medis yang berstandar dan telah terdaftar izin edarnya. Namun, hal lain yang juga penting ialah kenyamanan masker saat digunakan.

Ketika memulai isolasi mandiri saya sempat mencoba masker jenis KF94 dengan 4 lapisan. Namun, saat itu saya merasa tidak nyaman menggunakannya. Selain lebih kaku, masker KF94 juga membuat saya menjadi lebih sering menyentuh wajah untuk membenahi posisi masker agar selalu pas dengan garis muka. Kadang saya pun merasa perlu untuk menggaruk pipi atau hidung yang mudah gatal saat menggunakannya.

Persediaan masker saat isoman (dok.pribadi).
Persediaan masker saat isoman (dok.pribadi).
Oleh karena kurang nyaman dan membuat saya sering menyentuh bagian muka itulah akhirnya saya putuskan untuk kembali menggunakan masker medis 3 lapis seperti biasa.

Kebetulan saya mempunyai stok masker medis dari beberapa merek yang sudah saya tahu kualitasnya dan terbukti nyaman digunakan. Setiap menggunakannya, saya hanya mengambil 1 lembar masker dan tidak merangkapnya dengan masker medis lainnya.

Kedua, melepas masker hanya saat makan dan mandi. Saya hampir tidak melepas masker ketika menjalani isolasi mandiri. Walau sedang di kamar sendirian membaca buku, saya tetap menggunakan masker. Saat sedang menonton TV seorang diri pun demikian. Sama halnya ketika harus mengangkat telepon saya juga tetap bermasker. Hanya saat makan, minum, dan mandi saya melepas masker.

Selain membatasi penyebaran virus melalui droplet, menggunakan masker sepanjang ternyata membuat saluran nafas saya menjadi lebih nyaman saat isolasi mandiri. Rongga hidung dan tenggorokan terasa hangat. Selain itu ketika tiba-tiba batuk atau bersin saya pun tak repot lagi untuk buru-buru mengambil masker karena benda itu sudah terpasang sebagaimana mestinya.

Bagaimana saat tidur? Kadang saya tetap menggunakan masker saat tidur siang yang durasinya hanya sekitar 2 jam. Namun, saat tidur malam saya melepaskan masker.

Ketiga, mengganti masker setiap 5 jam sekali. Ini aturan yang saya tetapkan sejak awal isoman.  Meski masker terasa masih layak digunakan, belum basah atau belum kotor, saya tetap memilih untuk melepas dan menggantinya dengan yang baru.

Bahkan, dalam kondisi tertentu saya sudah mengganti masker sebelum 5 jam. Misalnya, saat pagi hari usai berjemur. Keringat yang membasahi wajah otomatis membuat masker ikut basah atau lembab. Sebab saat berjemur saya tetap menggunakan masker. Pada saat itu saya segera mengganti masker.

Demikian pula saat cuaca sedang dingin sehingga memicu bersin-bersin. Saya akan mengganti masker dengan yang baru. Oleh karena sering berganti masker lebih cepat itulah akhirnya banyak masker yang saya habiskan.

Keempat, memisahkan sampah masker. Sadar bahwa akan "boros" masker selama isoman, saya menggunakan kotak sampah yang berbeda untuk menampung masker.

Satu kotak sampah saya tetapkan khusus sebagai wadah masker dan tisu bekas pakai. Pada perkembangannya kotak sampah itu hanya digunakan untuk masker bekas pakai. Sedangkan sampah sisa makanan dan sampah lainnya saya tampung di dua wadah sampah lain.

Semua kotak sampah saya letakkan di luar ruangan. Tak ada kotak sampah yang letakkan di kamar maupun ruangan lainnya di dalam rumah.

Walau demikian kotak sampah untuk masker bekas pakai saya tempatkan di sisi yang lebih mudah dijangkau. Kotak sampah itu saya lapisi dengan kantung plastik berwarna hitam.

Kelima, disinfeksi masker bekas pakai. Saya sengaja meletakkan semprotan disinfektan di dekat kotak sampah untuk keperluan disinfeksi. Sebelum dibuang ke dalam kotak sampah, setiap masker saya semprot lebih dahulu dengan cairan disinfektan, lalu disobek dan dilipat. Tak lupa kotak sampah ditutup kembali.

Setiap 4 hari sekali sampah masker itu saya kumpulkan. Kantung plastik hitam penampungnya saya semprot dengan disinfektan kemudian diikat sampai rapat. Agar lebih aman, masker dan kantung plastik tersebut saya pindahkan ke dalam kantung sampah medis berwarna kuning yang lebih tebal. Kantung kuning inipun saya disinfeksi dan dipisah dengan sampah lainnya.

Memisahkan dan melakukan disinfeksi sampah masker (dok.pribadi).
Memisahkan dan melakukan disinfeksi sampah masker (dok.pribadi).

Sekarang saya sudah dinyatakan negatif Covid-19. Ratusan masker itu tidak saya sesali. Sebab karena masker-masker itulah saya bisa membatasi jumlah virus yang masuk ke tubuh dan membatasi pula penyebarannya ke lingkungan sekitar.

Mungkin 100 lembar masker itu dianggap boros, tapi menurut saya bukan pemborosan. Ratusan lembar masker itu telah menjadi saksi dan pengingat bagi saya bahwa melawan Covid-19 membutuhkan pengorbanan-pengorbanan. Entah itu pengorbanan kecil, maupun besar.

Terinfeksi Covid-19, walau gejala ringan, tetap tidak enak. Namun, menggunakan masker seharusnya tidak merepotkan dan memberatkan.

Ayo pakai masker!
***

Diari sebelumnya:

Lapang Dada Diendorse Covid-19

"Tentara Semut" Menyerang Tenggorokan

Serbuan Paket di Pagar Rumah

Kaget Diberi Obat Steroid, padahal Gejala Ringan

Gejala Ringan Jangan Disepelekan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun