Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Cuma di Indonesia, Covid-19 Dilawan dengan Janda

4 September 2021   08:17 Diperbarui: 5 September 2021   15:14 1938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lawan Covid-19 dengan Janda (Dokumentasi pribadi).

Pandemi Covid-19 di Indonesia telah berlangsung hampir 2 tahun. Berbagai cara terus dilakukan untuk melawannya. Beragam gerakan dan kampanye juga digalakkan agar masyarakat semakin patuh terhadap protokol kesehatan.

Mula-mula kita mengenal gerakan 3M yang meliputi "menggunakan masker", "mencuci tangan", dan "menjaga jarak". Ketiga hal tersebut diyakini dan telah terbukti mampu mengendalikan penyebaran serta penularan Covid-19.

Seiring waktu gerakan 3M mengalami pemutakhiran. Pemerintah Indonesia dalam sejumlah kampanye edukasi terbaru menambahkan beberapa unsur M lain sehingga menjadi 5M. Dua unsur "M" terbaru ialah "menghindari kerumunan" dan "mengurangi mobilitas".

Slogan 3M atau 5M kemudian mendapat pengayaan dengan "3 Wajib", yakni wajib iman, wajib aman, dan wajib imun. Di sini terlihat ada upaya kampanye kreatif dengan memasukkan unsur kearifan untuk memperkuat pesan. 

Kearifan yang dimaksud ialah bahwa masyarakat Indonesia yang dikenal religius diharapkan bisa lebih patuh terhadap protokol kesehatan sebab mencegah penyebaran penyakit merupakan bagian dari pengalaman ajaran agama.

Cara-cara kreatif dalam mengkomunikasikan pesan dan ajakan untuk mematuhi protokol kesehatan memang penting. Sebab masyarakat Indonesia sangat beragam. Setiap kelompok lapisan masyarakat juga memiliki kemampuan yang berbeda untuk menerima serta memahami sebuah pesan.

Gerakan 3M, misalnya, di kota-kota besar secara umum masyarakat bisa memahami dan menerapkannnya meski butuh waktu. Sedangkan di desa-desa atau di kota-kota yang jauh lebih kecil penerapan 3M mengalami tantangan tersendiri.

Tidak mudah meyakinkan masyarakat di desa agar mengurangi interaksi kerumunan atau menjaga jarak sebab kehidupan mereka dibangun lewat pola hubungan kekerabatan tetangga yang kental. Mengurangi interaksi dianggap sebagai bentuk individualisme yang tidak selaras dengan jati diri masyarakat di pedesaan. 

Oleh karena itu, alangkah baiknya gerakan 3M di desa-desa diterapkan dengan menekankan pada aspek penggunaan masker terlebih dahulu agar tidak timbul resistensi terhadap protokol kesehatan.

Pintu masuk Wirasana Regency (Dokumentasi pribadi).
Pintu masuk Wirasana Regency (Dokumentasi pribadi).

Selain menyesuaikan kearifan dan karakteristik komunitas masyarakat, ajakan untuk mematuhi protokol kesehatan juga bisa dilakukan dengan "membahasakan ulang" slogan 3M atau 5M ke dalam istilah lain yang lebih menarik. Cara ini diharapkan bisa mengatasi kebingungan sebagian masyarakat terhadap unsur "M" yang semakin banyak dari gerakan "3M", "5M", dan seterusnya.

Seperti yang dijumpai di Perumahan Wirasana Regency di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Tidak ada istilah 3M, 5M atau 3Wajib di sini. Sebab warga perumahan memilih untuk melawan Covid-19 dengan "Janda".

Memasuki gerbang perumahan, di depan pos ronda, terpampang spanduk unik bertuliskan "Ayo!!! Lawan Covid-19 dengan Janda". Terpampang pula foto seorang wanita berkaos merah muda yang wajahnya tertutup masker.

Namun, bukan berarti "Janda" yang dimaksud memiliki asosiasi langsung dengan sosok wanita. Sebab "Janda" versi warga Wirasana Regency merupakan akronim yang memuat protokol kesehatan pencegahan Covid-19.

Esensi "Janda" serupa dengan protokol kesehatan. Yakni, "J" yang artinya "Jangan Berkerumun".

Di perumahan yang bukan terletak di kota besar, para penghuninya masih mencerminkan kehidupan masyarakat yang gemar bersosialisasi. 

Mulai dari cara berbelanja di pedagang sayur keliling, arisan ibu rumah tangga, hingga kaum bapaknya yang suka berkumpul di pos ronda. Demikian pula anak-anaknya yang suka bermain bersama di taman, lapangan, dan jalanan di depan rumah mereka.

Oleh karena itu, cukup beralasan menempatkan imbauan "Jangan Berkerumun" di urutan pertama. Tidak berkerumun juga memuat upaya menjaga jarak.

Selanjutnya "A" yang berarti "Aktif Mencuci Tangan". Mencuci tangan merupakan aktivitas sederhana. Namun, faktanya masyarakat sering menyepelekan kebutuhan mencuci tangan. Padahal ini merupakan cara ampuh untuk membasmi virus yang menempel di tangan agar tidak menyebar.

Selama pandemi kebutuhan mencuci tangan menjadi semakin berarti. Sering mencuci tangan akan memberikan perlindungan lebih baik. Oleh karena itu, kata "Aktif" sudah tepat ditambahkan karena mengandung penekanan soal frekuensi, intensitas, dan kualitas mencuci tangan yang perlu ditingkatkan oleh setiap orang.

Sedangkan "N" memiliki arti "Nikmati Kebersamaan Keluarga". Penekanan pada "keluarga" memiliki pesan yang sangat dalam. Mulai dari ajakan untuk lebih banyak di rumah bersama keluarga dan mengurangi mobilitas atau aktivitas di luar rumah. 

Kedisplinan pada tingkat keluarga menentukan keberhasilan pencegahan Covid-19. Sedangkan sikap abai dari anggota keluarga bisa mengancam keselamatan keluarga secara keseluruhan.

Pandemi Covid-19 sudah memperlihatkan banyak kepedihan keluarga yang kehilangan anggotanya. Banyak orang baru sadar betapa nikmatnya berada di tengah keluarga setelah ada anggota keluarganya yang pergi akibat Covid-19. Oleh karenanya kebersamaan keluarga menjadi semakin berarti saat ini.

Membahasakan ulang protokol kesehatan (Dokumentasi pribadi).
Membahasakan ulang protokol kesehatan (Dokumentasi pribadi).

Berikutnya ada "D" yang berarti "Diupayakan Menggunakan Masker". Sekilas imbauan ini lebih lemah dibanding kewajiban memakai masker. Kata "diupayakan" terkesan tidak tegas.

Namun, di sisi lain kepatuhan menggunakan masker kadang justru timbul dengan pendekatan persuasif. Kata "diupayakan" mengandung makna bahwa motivasi penggunaan masker perlu bersumber dari kesadaran diri sendiri. 

Daripada dipaksa terus menerus, setiap orang sebaiknya melihat pada kebutuhan diri sendiri dan keluarganya bahwa masker penting untuk melindungi mereka. 

Lagipula ketika melihat gambar wanita menggunakan masker di spanduk perumahan, warga diharapkan bisa mencontoh perilaku tersebut.

Terakhir ialah "A" yang merupakan ajakan untuk "Aktif Berolahraga". Aktivitas fisik seperti olahraga terbukti mampu meningkatkan kekebalan tubuh yang berguna untuk melawan serangan Covid-19. Oleh karena itu, berolahraga tetap perlu dilakukan selama pandemi.

Penempatan ajakan "Aktif Berolahraga" di urutan terakhir merupakan langkah tepat. Seperti halnya urutan sila Pancasila yang saling mengisi sekaligus melingkungi antar sila. 

Maka aktivitas olahraga selama pandemi pun harus mengikuti koridor "sila-sila" di atasnya, yakni "Jangan Berkerumun", "Aktif Mencuci Tangan", dan seterusnya.

Jika semua hal di atas bisa dipatuhi, penularan dan penyebaran Covid-19 bisa ditangani secara lebih maksimal.

Jadi, jangan remehkan kearifan dan cara-cara kreatif di setiap komunitas masyarakat. Jangan pula remehkan "Janda". Bukan tidak mungkin dengan "Janda" masyarakat bisa lebih sadar untuk mematuhi protokol kesehatan. Dengan "Janda" pula Indonesia bisa lebih tangguh melawan Corona.

Ayo!!! Lawan Covid-19 dengan Janda!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun