Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Dari JNE Kopiwriting Yogyakarta, Hambatan Sinergi Industri Kreatif Mulai Dikikis

3 Oktober 2019   10:37 Diperbarui: 3 Oktober 2019   10:37 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
JNE Kopiwriting bersama Kompasiana di Yogyakarta pada Rabu, 2 Oktober 2019 (dok. pri).

Bicara industri ekonomi kreatif dalam beberapa tahun terakhir seperti bicara kekayaan yang sangat besar nilainya. Pemerintah, swasta, dan pelaku usaha sama-sama bersemangat menangkap peluang sektor industri kreatif. Masalahnya adalah hambatan komunikasi yang perlu dikikis dan sinergi yang harus ditingkatkan.

Barangkali tidak ada hari yang lebih ideal untuk membincangkan industri kreatif selain pada peringatan Hari Batik Nasional. Batik sebagai warisan budaya dan kekayaan nasional adalah perlambang kreativitas tinggi yang dimiliki bangsa Indonesia. Oleh karena itu, JNE Kopiwriting Bersama Kompasiana "Mengintip Peluang Industri Kreatif di Era Digital" di Yogyakarta pada Rabu sore, 2 Oktober 2019 yang bertepatan dengan peringatan Hari Batik Nasional mempunyai arti tersendiri.

Industri kreatif atau ekonomi kreatif sendiri diproyeksikan sebagai salah satu andalan penggerak perekonomian Indonesia di masa depan. Masa depan ekonomi Indonesia akan banyak bertumpu pada enam belas subsektor ekonomi kreatif yang semuanya menjanjikan.

Momentum ini merupakan kesempatan yang perlu dimanfaatkan untuk mendorong pengembangan potensi-potensi industri kreatif yang ada. Termasuk di Yogyakarta yang dikenal sebagai salah satu gudang insan kreatif yang mampu menghasilkan produk dan kreasi unggul.

Inspirasi Abekani

Salah satu insan kreatif tersebut adalah Tunjung Pratiwi, pemilik usaha dan merek Abekani. Merintis usahanya pada 2009, Tunjung berkreasi dengan kerajinan kulit.

Bulan-bulan pertama memulai usaha, Tunjung mengaku mendapat penolakan dari banyak toko yang ia tawari untuk memasarkan produknya. Namun, kemajuan teknologi informasi membukakan jalan lain sekaligus peluang baginya. Melalui forum jual beli yang difasilitasi oleh salah satu situs komunitas terbesar di Indonesia, produk Abekani menemukan peminatnya. 

Bagi Tunjung hal itu semacam berkah berjualan online di era digital. Dari Yogyakarta, pelan-pelan Abekani dikenal luas dan peminatnya terus tumbuh. Bahkan, di sejumlah kota  besar berdiri komunitas-komunitas pengguna dan pecinta produk Abekani atau Abekani Lovers. "Abekani justru kurang dikenal di Yogyakarta dan lebih dikenal di Jabodetabek", katanya.

Mobil JNE ikut berbatik di Hari Batik Nasional (dok. pri).
Mobil JNE ikut berbatik di Hari Batik Nasional (dok. pri).
Saat ini Abekani Lovers beranggotakan sekitar 27.300 orang yang aktif menyumbang saran dan gagasan untuk pengembangan produk Abekani. Tunjung menjadikan Abekani Lovers dan media sosial, terutama facebook, sebagai ujung tombak pemasaran produknya. 

Berbagai cara dilakukan untuk memperkuat relasi dengan konsumen setia Abekani. Agar bisa mengikuti tren dan mengetahui selera konsumen, ia sering berdiskusi dan membuat polling bersama Abekani Lovers. 

Tunjung juga menerapkan sistem pre-order dan melayani pemesanan secara kustom untuk konsumennya yang memiliki keinginan khusus. Cara-cara tersebut terbukti berhasil membuat produk-produk Abekani disukai banyak orang.

Menariknya, produk Abekani hampir seluruhnya dipasarkan secara online, termasuk melalui saluran komunitas Abekani Lovers. Tunjung mengaku tidak pernah membawa produknya ke pameran, workshop, maupun gerai penjualan offline. 

Peminat Abekani pun bukan hanya dari dalam negeri, tapi juga mancanegara. Hanya saja sejak 2014 Tunjung terpaksa berhenti melayani pemasanan dari luar negeri dan lebih memprioritaskan Abekani Lovers di dalam negeri. Selain kapasitas produksinya yang terbatas karena dikerjakan secara handmade, kebanyakan produk  eksklusif Abekani telah laris dipesan melalui pre-order. Maka begitu produk selesai dibuat semua langsung ia kirimkan ke pembeli di berbagai kota. 

Dalam hal ini Tunjung merasa sangat dimudahkan dengan tersedianya sasa ekspedisi dan pengiriman barang yang tersebar di penjuru negerii. Menurut Tunjung 90% pengiriman produk Abekani menggunakan layanan JNE.

Dukungan JNE dan Peran Pemerintah Daerah

Pada kesempatan yang sama, Kepala Cabang JNE Yogyakarta, Adi Subagyo mengatakan bahwa JNE memang berkomitmen mendukung dan memajukan industri kreatif lokal dan nasional. Komitmen itu dibuktikan bukan hanya dengan konsisten melayani pengiriman dan pendistribusian barang. 

Lebih dari itu JNE mendorong pelaku industri kreatif untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam memanfaatkan peluang di era digital. Antara lain dengan mempertemukan mereka dengan sejumlah marketplace. 

JNE Yogyakarta juga menyediakan ruangan khusus di warehouse yang bisa dimanfaatkan oleh para pelaku usaha, termasuk para pemula untuk belajar, mendapatkan pelatihan, dan berdiskusi seputar pengembangan bisnis industri kreatif. Fasilitas ini diharapkan bisa  menumbuhkan lebih banyak pelaku industri kreatif baru.

Suasanan JNE Kopiwriting bersama Kompasiana di Yogyakarta (dok. pri).
Suasanan JNE Kopiwriting bersama Kompasiana di Yogyakarta (dok. pri).
Selain itu dukungan untuk mempermudah para pelaku industri kreatif dilakukan dengan  layanan Friendly Logistic. Ini merupakan terobosan yang semestinya dimanfaatkan secara maksimal oleh para pelaku usaha industri kreatif.

Salah satu aspek dalam Friendly Logistic adalah e-fulfilment di mana JNE bersedia "berbagi beban" dengan menyediakan sarana dan layanan lengkap, mulai dari tempat pernyimpanan, pengemasan, hingga pemasaran. 

Fasilitas e-fulfilment memungkinkan pelaku industri kreatif yang belum memiliki tempat penyimpanan untuk menyerahkan stok produknya ke JNE. "Pelaku usaha industri kreatif tidak perlu pusing dengan tempat penyimpanan dan pengelolaan stok. Gudang dan keamanan 24 jam semua disediakan oleh JNE", kata Adi memberi penegasan. 

Dengan kata lain semua proses pemasaran dari hulu hingga hilir ditangani secara profesional oleh JNE sehingga pelaku industri kreatif bisa lebih berkonsentrasi pada proses produksi dan inovasi. Selanjutnya mereka akan mendapatkan akun dashboard digital untuk memantau stok dan kemajuan penjualan produknya. 

Dari sini bisa didapatkan pula informasi berharga, seperti produk apa yang paling diminati pembeli sehingga mereka bisa mempertimbangkan strategi untuk produksi selanjutnya. Pada saat yang sama JNE berharap masyarakat Indonesia semakin sadar untuk membela  dan membeli produk lokal.

Seiring dengan dukungan sektor swasta seperti JNE, peran pemerintah daerah  juga sangat dibutuhkan. Perhatian dan kebijakan dari pemerintah daerah akan sangat menentukan keberhasilan pengembangan potensi industri kreatif.

Dalam hal ini Kepala Dinas Koperasi, UMKM, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Daerah Istimewa Yogyakarta, Christina Lucy Irawati, menggarisbawahi pertumbuhan sektor UMKM di DIY yang didominasi oleh usaha kuliner, fashion, produk kriya atau kerajinan tangan. 

Melihat tren yang terus meningkat, pihaknya mendorong agar para pelaku usaha memiliki legalitas. Dari sekitar 23.000 UMKM di DIY yang terdata pada 2017, hingga Juni 2019 baru sekitar 3266 yang memiliki legalitas. Pemerintah daerah juga memberikan pembinaan, pendampingan, dan pelatihan kepada UMKM agar semakin maju dan berdaya.

Mengikis Hambatan Sinergi

Di saat pemerintah daerah gencar memberdayakan UMKM, swasta memberikan sarana dan dukungan teknologi yang memudahkan, serta para pelaku industri kreatif terus berkreasi, muncul pertanyaan: sejauh mana ketiganya telah bersinergi secara maksimal?

Sinergi antara pemerintah, swasta, masyarakat, dan pelaku industri kreatif mutlak diwujudkan untuk memastikan industri kreatif Indonesia berkembang lebih maju dan unggul. Dalam acara JNE Kopiwiriting di Yogyakarta ini pun terbuka kembali adanya masalah klasik soal sinergi tersebut.

Pengakuan Tunjung Pratiwi yang belum pernah mendapatkan pendampingan dan pelatihan dari dinas terkait cukup menggelitik. Keberhasilan Abekani tumbuh menjadi usaha dan merek yang terkenal memang patut diacungi jempol. 

Akan tetapi fakta bahwa Abekani maju secara mandiri paling tidak mengindikasikan bahwa jangkauan kebijakan pemerintah daerah belum maksimal dalam menyentuh seluruh potensi industri kreatif yang ada di Yogyakarta.

Duduk bersama dan semoga bisa bersinergi lebih erat (dok. pri).
Duduk bersama dan semoga bisa bersinergi lebih erat (dok. pri).
Di sisi lain Dinas Koperasi, UMKM, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Daerah Istimewa Yogyakarta juga belum sepenuhnya mengetahui layanan e-fulfilment yang disediakan oleh JNE untuk para pelaku industri kreatif. 

Hal ini cukup disayangkan karena kerja sama dan keterpaduan yang lebih baik mestinya dapat dijalin, apalagi baik swasta dan pemerintah daerah sama-sama berkeinginan memajukan industri kreatif lokal.

Masalah klasik seputar komunikasi atau bahkan ego sektoral barangkali menjadi penghambatnya. Meski pun demikian tetap ada satu kabar baik dan harapan yang hadir melalui JNE Kopiwriting di Yogyakarta ini, yaitu pemerintah daerah, swasta, dan pelaku industri kreatif mau bertemu untuk mengikis hambatan sinergi tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun