Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Agar Mbah Marto Tak Menjadi Petani Terakhir di Negeri Ini

22 Mei 2019   19:08 Diperbarui: 22 Mei 2019   19:28 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mbah Marto bersepeda dari sawahnya di Wedi, Klaten, Jawa Tengah (dok. pri).

Petani-petani muda dengan semangat modernisasi serta pengetahuan yang lebih baik akan mampu mengelola sumber daya pertanian secara lebih efektif dan berkelanjutan. Mereka mampu mengoptimalkan alat-alat modern, menerapkan metode-metode yang lebih produktif, dan mengembangkan alternatif-alternatif cara pengelolaan sumber daya pertanian yang efisien. Misalnya, petani muda tidak harus berada di sawah sepanjang hari, tapi bertindak sebagai agripreneurship yang memberdayakan teknologi.

Jumlah petani Indonesia menurut hasil Survei Antar Sensus Pertanian (SUTAS) BPS tahun 2018 (dok. pri).
Jumlah petani Indonesia menurut hasil Survei Antar Sensus Pertanian (SUTAS) BPS tahun 2018 (dok. pri).
Ketiga, regenerasi petani menentukan eksistensi kaum tani dan keberlanjutan pertanian di masa depan. Ini bukan semata-mata demi peningkatan produksi pangan, tapi karena pertanian juga merupakan sarana yang mampu mendorong masyarakat untuk hidup dalam ikatan kebersamaan yang kuat. 

Semangat gotong royong masyarakat Indonesia tumbuh dan berkembang dalam  masyarakat petani. Dengan demikian regenerasi petani dan eksistensi petani di masa depan akan mendukung terpeliharanya ketahanan dan persatuan nasional.

Tiga hal penting di atas mesti dipahami dan disadari sebagai pertimbangan bahwa regenerasi petani perlu disegerakan secepatnya. Petani-petani muda adalah benteng ketahanan serta kedaulatan pangan Indonesia.

Langkah Komprehensif

Untuk meningkatkan minat dan komitmen generasi muda agar mau menggeluti pertanian,  langkah-langkah komprehensif yang berkelanjutan harus dijalankan. Beberapa cara radikal juga diperlukan mengingat tantangan untuk  melahirkan petani-petani muda sudah sangat mendesak.

Pertama, memperbaiki narasi dan persepsi seputar pertanian. Selama ini profesi petani dianggap tidak bergengsi, identik dengan pekerjaan tradisional, kasar dan kotor. Generasi muda menjauhkan diri dari sawah dan ladang karena menganggap bertani kurang menjanjikan masa depan yang baik. Bertani dianggap penuh risiko dan ketidakpastian.

Memang tidak mudah mengikis semua pandangan negatif tersebut. Selain karena pertanian Indonesia memang masih dilingkupi sejumlah masalah, narasi-narasi kurang menarik tentang petani juga diproduksi ulang secara terus menerus sejak dulu. 

Disadari atau tidak pendidikan kita sejak tingkat dasar telah mengawali kampanye yang kurang menguntungkan bagi pertanian. Sekolah kita tidak tertarik untuk menyodorkan petani dalam daftar cita-cita yang perlu direnungkan oleh anak-anak. 

Ruang kelas lebih sering dipenuhi narasi kehebatan dokter, pilot, pejabat, polisi, tentara, dan kini ditambah youtuber. Profesi petani dengan sendirinya diletakkan dalam posisi inferior dan alam pikiran kita diam-diam menerimanya.

Proporsi usia petani Indonesia didominasi kelompk usia di atas 44 tahun. Regenerasi petani perlu dipercepat (dok. pri).
Proporsi usia petani Indonesia didominasi kelompk usia di atas 44 tahun. Regenerasi petani perlu dipercepat (dok. pri).
Di sisi lain ada banyak mahasiswa pertanian di Indonesia, tapi terjadi kelangkaan petani muda. Salah satu penyebabnya adalah pengajaran pertanian yang belum maksimal dalam menumbuhkan semangat dan kesadaran bertani.

Ribuan calon sarjana pertanian melakukan kerja praktik setiap tahun dan ribuan sarjana dikirim sebagai pendamping bagi petani-petani tua di pelosok negeri. Ini misi yang baik. Namun, akan jauh lebih berhasil bila ribuan pemuda tersebut yang melakoni profesi sebagai petani. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun